Ketimpangan di RI Terus Menurun Tiga Tahun Terakhir
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk masyarakat yang diukur oleh gini ratio turun tipis per September 2017 menjadi 0,391 dari sebelumnya sebesar 0,393 pada Maret 2017.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, gini ratio merupakan ukuran ketimpangan yang berkisar 0-1. Jika angka gini ratio mendekati angka 1, artinya ketimpangan semakin melebar. Sementara itu, jika mendekati 0 akan semakin sempurna.
"Pada September 2017 ini gini rasionya 0,391. Turun tipis dibanding gini rasio Maret 2017 yang sebesar 0,393. Ini menunjukkan adanya penurunan ketimpangan, karena upaya menurunkan ketimpangan itu luar biasa sulit," kata Suhariyanto di kantornya, Selasa 2 Januari 2018.
Ia menjelaskan, dari hasil survei tampak bahwa angka ketimpangan di perkotaan jauh lebih tinggi ketimbang perdesaan. Per September 2017, ketimpangan di perkotaan sebesar 0,404, sedangkan perdesaan 0,328.
Dia mengatakan, faktor yang memengaruhi penurunan ketimpangan utamanya adalah kenaikan pengeluaran penduduk lapisan bawah yang lebih tinggi ketimbang penduduk lapisan atas.
"Misalnya, 40 persen terbawah itu rata-rata pengeluarannya meningkat 6,31 persen, sementara 20 persen penduduk teratas kenaikan pengeluarannya lebih rendah yaitu 5,06 persen," kata dia.
Dia menjelaskan, secara tahun ke tahun ketimpangan terus menurun. Ketimpangan tertinggi terjadi pada September 2014 sebesar 0,414, yang terus turun pada Maret 2015 sebesar 0,408.
Selanjutnya, pada September 2015 menjadi 0,402, Maret 2016 menjadi 0,397, September 2016 menjadi 0,394, lalu Maret 2017 menjadi 0,393 dan September 2017 menjadi 0,391.
Sementara itu, menurut provinsi, per September 2017, dia melanjutkan, ketimpangan tertinggi terjadi di kota Yogyakarta yaitu 0,440 dan terendah ada di Bangka Belitung 0,276. (art)