Hunian di Bawah Rp700 Juta Jadi Incaran Orang Sepanjang 2017

ilustrasi rumah subsidi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Risky Andrianto

VIVA – Sepanjang 2017 banyak peristiwa yang memengaruhi industri properti. Dari naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia, tax amnesty, penyesuaian fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) dan paket kebijakan ekonomi pemerintah.

Selain itu, upaya pemerintah menggenjot sejumlah proyek infrastruktur di sejumlah daerah juga turut memberikan dinamika positif bagi bisnis properti. Hal itulah membuat pasar properti tahun ini tercatat sangat dinamis.

Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan mengungkapkan berdasarkan property index 2017 yang disurvei dari 1.020 responden seluruh Indonesia menunjukkan bahwa indeks properti nasional naik tipis 0,4 persen pada kuartal I 2017.

TERPOPULER - Kiat Ciptakan Lingkungan Kerja Produktif, Bahayakah Onani dengan Sabun?

Kemudian, Indeks tersebut meningkat kembali sebesar 0,97 persen pada kuartal II, lalu pada kuartal III indeks tercatat stabil dan hingga November 2017 indeks properti tersebut tercatat melandai sebesar 0,91 persen.

Sementara di sisi volume suplai properti, indeks juga menunjukkan sedikit fluktuasi di mana pada kuartal I yang mencatat kenaikan sebesar 11,4 persen, kemudian turun sebesar 2,1 persen pada kuartal II-2017.

7 Artis Terjun di Bisnis Properti, Ada yang Punya Hotel sampai Jadi Juragan Kos-kosan

Sedangkan pada kuartal III-2017 suplai kembali pulih dan meningkat hingga sebesar 10,7 persen. Dan pada kuartal IV ini khususnya hingga November 2017 kembali turun sebesar 9,23 persen.

"Dari sisi permintaan konsumen, Jabodetabek masih menjadi lokasi incaran bagi pembeli rumah. Di mana Jakarta berada pada posisi teratas disusul Bogor. Sedang di luar Jabodetabek, Bandung jadi terfavorit," jelas Ike, dalam keterangan tertulisnya, Kamis 21 Desember 2017.

Kemudian dari sisi jenis hunian yang dipilih responden yang disurvei, sepanjang tahun ini, tercatat apartemen masih jadi pilihan utama untuk dibeli, selain rumah tapak cluster.

Ia mengungkapkan, dengan gambaran tren properti tahun ini, maka pada 2018 diperkirakan industri properti lebih positif. Adapun perlambatan properti diperkirakan hanya akibat dampak Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada Serentak 2018, begitu juga menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019.

Lalu dari sisi permintaan, Ike menuturkan porsi terbesar ada pada rumah tipe menengah dengan harga di bawah Rp700 Juta. Konsumen akan mencari perumahan tipe cluster, terutama di wilayah satelit kota besar dengan akses menuju pintu tol dan sarana transportasi massal.

“Secara umum pasar properti Indonesia di 2018 akan lebih menarik dan prospektif dibandingkan 2017. Satu tahun sebelum tahun politik 2019, pasar properti akan sedikit lebih bergairah dan ini kesempatan tepat membeli properti, baik untuk dihuni maupun sebagai sarana investasi,” ujar Ike.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya