Mengenal Pembangkit Listrik Bawah Tanah Pertama di Indonesia

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Siguragura
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – PT Indonesia Asahan Aluminium, atau Inalum membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Siguragura yang berlokasi di Simorea, Sumatera Utara.

Jokowi Heran Urus Izin Pembangkit Listrik Geotermal Sampai 6 Tahun

PLTA ini konon disebut sebagai PLTA bawah tanah pertama dan satu-satunya di Indonesia dengan kapasitas total terpasang adalah 286 MW meski pada realisasi rata-rata hariannya menyalurkan listrik di angka 203 MW.

Listrik yang dihasilkan Siguragura dari empat generator ini seluruhnya digunakan untuk pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung. Lokasinya cukup jauh, yakni berjarak 120 Km PLTA Siguragura dengan lokasi pabrik peleburan di Kuala Tanjung.

GE Vernova Umumkan Operasional Komersial PLTG Tambak Lorok Milik PLN IP

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)


Setidaknya, ada sebanyak 271 tiang transmisi listrik untuk mengalirkan listrik dari siguragura ke Pabrik Peleburan milik induk Holding BUMN Tambang itu. Secara vertikal, lokasi PLTA Siguragura ini tepatnya berada 200 meter di bawah tanah yang mengandalkan pasokan air dari Danau Toba. 

Ini Manfaat Pembangkit Listrik Karya Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang

Berdasarkan informasi Master Control Room (MCR) atau pusat pengendali elektronik dan informasi pelaksanaan operasional sistem PLTA, air danau Toba pada Rabu, 6 Desember 2017 berada di angka 903,25 meter di atas permukaan laut (mdpl), sedangkan posisi MCR ada di level 734 mdpl. Sementara itu, level stasiun pembangkit PLTA Siguragura  berada di bawah MCR lagi atau sekitar 230 meter di bawah permukaan air danau toba.

"Jadi, sekarang level air danau Toba lebih tinggi dari kita," kata Deputi GM Power Operating & Civil Inalum, Antoni O. Galingging di ruang MCR Pembangkit Listrik Siguragura, Sumatera Utara, Rabu 6 Desember 2017.

Jurnalis VIVA bersama rombongan lainnya berkesempatan menelusuri stasiun pembangkit Siguragura atau tempat beroperasinya turbin dan generator pembangkit listrik. Untuk memasuki stasiun  itu, pengunjung harus melewati terowongan gelap sepanjang 907 m atau kurang lebih 1 km. Terowongan ini dibangun pada tahun 1979 dan selesai pada 1982.

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Di dalam stasiun tersebutlah, terdapat turbin dan generator untuk membangkitkan tenaga listrik. Empat turbin tersebut berputar kencang dari tenaga air yang diambil dari Danau Toba melalui bendungan Siguragura.

"Danau Toba ini kita maintenance sedemikian rupa di bendungan Siguragura supaya resources tetap sedemikian baik, airnya juga tidak berkurang. Dan Bendungan Siguragura ini sebagai penadah untuk air nanti dialirkan," ujar dia. 

Listrik terputus 

Kerugian pabrik peleburan alumunium bisa Tembus Rp2,5 miliar jika listrik terputus. Pasokan listrik dari PLTA Siguragura sangat penting. Sebab, jika aliran terputus, maka kerugian yang terjadi di pabrik peleburan milik Inalum akan mencapai angka yang cukup fantastis. 

"Empat jam saja itu padam, bahan (aluminium) yang di pabrik akan beku, dan kita rugi Rp2,5 miliar dari 510 pot itu. Jadi kalau ada petir semua bergerak cepat, karena semua bisa saja terjadi," ujarnya.

Untuk itulah, sambung dia, pihaknya juga mengoperasikan PLTA Tangga yang berlokasi 4 km dari stasiun pembangkit listrik Siguragura. Total kapasitas tetap dari PLTA Tangga ini adalah sebesar 223 MW. Selain itu, untuk mencegah kerugian juga dilakukan kerjasama dengan PLN dalam penyediaan tenaga listrik. 

"Kita berhubungan baik dengan PLN. Di saat-saat tertentu, kalau kita kurang (daya listrik) mereka akan kirim ke kita, kalau kita kelebihan daya kita kirim ke mereka," tutur dia. 

Ia juga menjelaskan sebanyak 271 buah jaringan transmisi listrik akan melintasi sepanjang 120 km menuju pabrik peleburan di kuala tanjung dengan tegangan 275 kV. Ini perlu kerja sama dengan kepala daerah, karena jarak 120 km itu cukup jauh dan melewati empat kabupaten di antaranya, Kab. Tobasa, Kab. Asahan, Kab. Simalungun dan Kab. Batu Bara.

"Kita kerja sama dengan kepala desa, untuk monitor, supaya rasa kepemilikan itu juga kuat. Jadi kalau ada informasi dari mereka kami melakukan langkah-langkah antisipasi. Misalnya seperti pembuatan curah hujan," ujar dia. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya