Menakar Keuangan Holding BUMN Caplok Saham Freeport
- Antara/Wahyu Putro
VIVA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara membeberkan kemampuan keuangan Holding BUMN Tambang, untuk mencaplok divestasi saham PT Freeport Indonesia yang akan dilepas sebesar 51 persen.
Seperti diketahui, saat ini PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) akan menjadi induk perusahaan (holding) BUMN Tambang, membawahi PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk, yang akan menjadi anak perusahaan atau anggota holding.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan, ekuitas atau modal empat BUMN saat digabung akan mencapai Rp64,6 triliun.
"Saat digabung, ekuitasnya akan ada Rp64,6 triliun, atau Rp65 triliun. Makanya saya bilang, kalau dia ditaruh di sini saja, tidak holding, sama jumlahnya, tetapi dia tidak bisa di leverage (jadi jaminan untuk pinjaman)," ujar Harry, akrabnya disapa di kantor Kementerian BUMN, Jumat 24 November 2017.
Namun, begitu telah terbentuk holding, angka tersebut bisa di leverage sebesar dua hingga tiga kali lipat. Harry pun menjelaskan valuasi harga saham Freeport, memang masih dirundingkan dengan pemerintah, namun holding BUMN Tambang diyakini mampu mengambil saham perusahaan tambang asal paman sam itu.
"Tetapi, begitu dia nanti sudah jadi holding, Rp65 triliun itu kalau saja dia di leverage dua kali lipat, itu sudah jadi Rp120 triliun. Rule of thumb-nya, tiga kali lipat itu safe," ujarnya.
Ditambahkannya, jika di leverage hingga tiga kali lipat, kemampuan pinjaman holding BUMN tambang bisa mencapai Rp180 triliun.
"Jadi, kalau dua kali lipat itu Rp120 triliun. Kalau tiga kali lipat jadi Rp180 triliun. Nah, kebutuhan untuk Freeport-nya berapa? Saya enggak tahu angkanya, karena masih dalam perundingan. Tetapi, taruhlah angkanya US$3 miliar. Itu (cuma) Rp36 triliun. Nah, kita leverage-nya tadi yang dua kali lipat itu Rp120 triliun, jadi begitu ya," ujarnya.