Bukti Booming E-Commerce Bukan Penyebab Utama Tutupnya Mal
- http://www.dansapar.com
VIVA – Perlambatan daya beli masyarakat dan peralihan pola belanja dari offline menjadi online telah membuat sejumlah gerai ritel tutup. Namun, fenomena ini ditegaskan tidak terjadi pada semua pelaku usaha ritel.Â
Di pusat-pusat perbelanjaan yang dikelola Trade Mall (TM) Agung Podomoro Group misalnya, fenomena itu terbukti tidak terjadi. Bahkan, khusus tenant makanan dan minuman dapat meningkat dan bersinergi dengan penyedia layanan aplikasi pemesanan makanan secara online.Â
Vice President Corporate Marketing Trade Mall Agung Podomoro, Ho Mely Suryani mengatakan, angka kunjungan ke Trade Mall Agung Podomoro Group tetap tinggi saat ini, yaitu 50-60 ribu orang per hari.Â
"Ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat untuk berbelanja offline masih tinggi," kata Mely dikutip dari keterangannya, Jumat 9 November 2017.Â
Mayoritas pengunjung ke Trade Mall Agung Podomoro Group, Mely menjelaskan, adalah ibu-ibu. Ciri khas belanja kelompok ini adalah melihat barang secara langsung. Hal itu jelas memberikan keuntungan tersendiri.Â
"Ibu-ibu itu kalau belanja inginnya melihat, atau mencoba barang secara langsung. Ini perbedaan paling mendasar dibandingkan dengan belanja online," ujar Mely.Â
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, daya beli masyarakat Indonesia selama periode triwulan I-III 2017 melambat. Hal ini tercermin, dari tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada periode tersebut yang melambat menjadi 4,93 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94 persen.Â
Situasi ini ditambah lagi dengan pergeseran pola belanja masyarakat dari offline menjadi online, seiring perubahan teknologi dan peningkatan penetrasi internet di Indonesia. Sementara itu, Asosiasi e-Commerce Indonesia menyebutkan, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan e-Commerce tertinggi di dunia.Â
Data Sensus Ekonomi BPS 2016 mencatat, industri e-Commerce Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir tumbuh sekitar 17 persen dengan jumlah e-Commerce lebih dari 26,2 juta unit.
Saat ini, TM Agung Podomoro Group mengelola sembilan pusat perbelanjaan di Jakarta dan Balikpapan, yaitu TM Blok M Square, TM Mangga Dua Square, TM Lindeteves Trade Center (LTC) Glodok, TM Harco Glodok, TM Kenari Mas, TM Thamrin City, TM Seasons City, TM Blok B Tanah Abang, dan TM Plaza Balikpapan.
Salah satu pusat perbelanjaan yang ramai dikunjungi pembeli adalah Thamrin City, Jakarta Pusat. Pusat belanja yang melibatkan ribuan pedagang kecil dan menengah ini tetap menjadi favorit pengunjung karena barang-barang yang dijualnya berkualitas.Â
Kareem, salah satu pedagang batik di TM Thamrin City mengatakan, masih banyak pengunjung yang berbelanja di mal tersebut. Pedagang pun masih mendapatkan pendapatan yang normal saat ini.Â
"Paling ramai itu hari Senin dan Kamis, selebihnya normal seperti ini," kata pria yang menjaga kios Batik itu.
Dengan kondisi sekarang ini, Kareem mengaku masih bisa memutarkan hasil dari keuntungan penjualan untuk mendatangkan stok barang ke kiosnya.Â
"Saya tidak selalu memikirkan omzet, ada uang langsung diputar saja untuk datangkan batik dari pekalongan," ucap pria yang sudah berjualan di Thamrin City sejak 2011 tersebut.
Seperti diketahui, pelemahan di industri ritel sebenarnya sudah terendus sejak awal tahun ini. Yang terbesar, PT Modern Internasional Tbk menutup semua gerai 7-Eleven di bawah pengelolaannya pada 30 Juni 2017.Â
Beberapa waktu lalu, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menutup dua gerainya di kawasan Blok M dan Manggarai. Kemudian, penutupan Gerai Lotus dan Debenhams oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).