Konsep Ekonomi Berkeadilan bagi Dunia ala Tiongkok

Konsep Belt and Road Initiative.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dusep Malik

VIVA – Krisis keuangan global yang terjadi sejak 2008 telah menghujam ekonomi sejumlah negara di dunia. Kondisi tersebut membuat sejumlah negara memerlukan kekuatan baru sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi selain bantuan modal dan dukungan finansial di pasar modal.

Bank Indonesia Proyeksi Ekonomi Global 2021 Tumbuh 5,1 Persen

Direktur Institut Urusan Internasional dari Renmin University of China, Wang Yiwei, mengatakan, kekuatan baru itu dapat berfokus pada sejumlah hal di antaranya ekonomi, pembangunan jalan, infrastruktur, dan investasi yang menguntungkan semua orang. Tidak hanya orang kaya, namun juga dirasakan orang miskin untuk meningkatkan kesejahteraan.

Menurut dia, Belt and Road Initiative yang digagas oleh Tiongkok bisa menjawab akan semua masalah tersebut. Sebab, konsep tersebut memberikan manfaat pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan kawasan, terlebih bagi negara-negara yang dilalui jalur One Belt and One Road atau yang dikenal OBOR. 

COVID-19 Mulai Goyang China, Sektor Jasa Melambat dalam 9 Bulan

"Ini adalah proyek ekonomi yang membawa manfaat bagi semua negara," ujar Wang Yiwei saat ditemui VIVA dan sejumlah jurnalis asal Indonesia di Renmin University of China, pekan lalu.

Wang mengungkapkan, dengan Belt and Road Initiative tersebut dalam beberapa dekade mendatang akan menciptakan perdagangan yang cukup besar yaitu sekitar US$2,5 triliun. Bahkan, berdasarkan sebuah analisis, konsep ini akan menyumbang 80 persen pertumbuhan ekonomi global dan menciptakan tiga miliar lebih kelas menengah baru pada 2050. 

China Catatkan Pertumbuhan Ekonomi Terlamban dalam 4 Dekade

Pria yang juga mantan diplomat di Misi China untuk Uni Eropa pada 2008-2011 itu, menuturkan konsep Belt and Road Initiative ini tidak memaksakan setiap negara untuk bisa menyamakan keinginannya. Melainkan Tiongkok justru akan menyelaraskan dengan program dan tujuan setiap negara yang ingin ikut serta dalam konsep tersebut.

Misalnya, lanjut Wang, Indonesia memiliki rencana sendiri untuk pembangunan infrastruktur dan ekonomi. Sementara itu, Tiongkok akan bekerja bersama-sama dan berkonsultasi untuk membantu pelaksanaan program tersebut.

Dan itu sudah diwujudkan dengan rencana pembangunan proyek kereta berkecepatan tinggi Jakarta-Bandung.

"Jadi di situ tidak hanya menjadi pekerjaan Tiongkok, melainkan kedua negara bekerja sama untuk membangun, dan juga bersama-sama kepentingan lainnya. Jadi, Belt and Road initiative ini menyoroti kepada sinergi dari strategi setiap negara," ujarnya.

Belt and Road Initiative mengacu pada Sabuk Ekonomi Jalur Sutra (Silk Road Economic Belt) dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 (21st Century Maritime Silk Road). Dari situ, konsep itu akan menghubungkan proyek-proyek ke dalam jalur-jalur yang akan tumbuh menjadi sabuk, zona, dan kekuatan-kekuatan ekonomi kemakmuran.

Selain itu, Belt and Road Initiative akan mendorong transportasi yang dapat memotong hambatan menuju kemakmuran, sehingga memperluas pasar yang mendatangkan pertumbuhan ekonomi. Kemudian, mewujudkan interkoneksi dalam transportasi di udara, darat, dan laut, pipa minyak serta gas, dan telekomunikasi yang mencakup 65 negara serta wilayah.

Pemandangan kolam dan jembatan di Yuyuan Garden, Shanghai.

Tumbuh Melambat, Ekonomi China Kuartal III Cuma 4,9 Persen

Pertumbuhan ekonomi China cuma tumbuh 4,9 persen atau jauh dari perkiraan analis yang sebesar 5,2 persen pada kuaral III-2021.

img_title
VIVA.co.id
18 Oktober 2021