Cara Kementan Redam Dampak El Nino dan La Nina Diapresisasi
- Mohamad Akasah
VIVA – Kebijakan dan program strategis Kementerian Pertanian dalam tiga tahun terakhir dinilai mampu meningkatkan produksi pangan nasional saat ini. Selain itu, program antisipasi dan mitigasi yang dilakukan Indonesia berhasil melewati dampak fenomena alam El Nino pada 2015 dan La Nina di 2016.
Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi menjelaskan, dari hasil kajian, El Nino 1997 dengan kekuatan SST Anom 2,67 oC, merupakan El Nino terbesar sebelum 2015. Sementara bandingkan El Nino 2015 yang kekuatannya SST Anom 2,95 oC tertinggi selama ini. Meski demikian produksi pangan masih terjaga.
"Dari data BPS, di 2015 produksi padi 75,4 juta ton naik dibanding 2014 yang hanya 70,9 juta ton,” ujar Prima dikutip dari keterangannya, Selasa 24 Oktober 2017
Lebih lanjut Gandhi membeberkan dampak El Nino 1997 mengakibatkan sawah mengalami kekeringan 517 ribu hektare dengan puso 87 ribu hektare dari luas padi 11 juta hektare. Akibatnya, Indonesia impor beras pada 1998 sebesar 7,1 juta ton dan 1999 sebesar 5,0 juta ton untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 202 juta penduduk.
“Nah menariknya jika tidak ada kebijakan dan program spektakuler meredam dampak El-Nino 2015, maka musibah 1997 terulang sehingga Indonesia impor berasnya lebih tinggi. Jika dihitung linier dengan ekstrapolasi maka jumlah penduduk pada 2015 sebesar 252 juta jiwa dipastikan Indonesia akan terpaksa impor 16,6 juta ton beras,” beber dia.
Menurut dosen Program Studi Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan IPB ini, pencapaian karena kebijakan Menteri Pertanian Amran tepat dalam membuat terobosan menghadapi El Nino 2015. Seperti yang pertama, pompanisasi besar besaran pada wilayah sungai sungai tersedia air.
“Bantuan 23 ribu unit pompa air sangat membantu petani dengan cepat memperoleh air untuk padinya, sehingga tidak ada cerita kekeringan. Makanya produksi padi tahun 2015 terjamin", ungkapnya
Kedua, membangun sumur dangkal 1.000 unit di NTT, juga di Grobogan dan daerah lainnya. Kemudian yang ketiga yaitu mendistribusikan benih unggul tahan kekeringan.
Lebih lanjut yang keempat, menggenjot tanam padi di sebelah utara garis katulistiwa yang tidak terkena El Nino. Dan di wilayah rawa lebak dan pasang surut potensial saat kering kena El Nino di Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
Selanjutnya yang terakhir kelima adalah kerja sama intensif yang dijalin Kementan instansi terkait. Seperti, Kementerian PUPR, hujan buatan dengan BNPB, TNI dan berbagai pihak terkait lainnya.
”Keberhasilan menghadapi musibah El Nino 2015 dimantapkan lagi pada program Upsus sehingga produksi padi 2016 naik menjadi 79,3 juta ton dan mengantarkan Indonesia swasembada beras," ujarnya
Sementara itu, untuk komoditas lainnya seperti produksi cabai dan bawang merah juga meningkat dan meraih swasembada pada 2016. Sedangkan Jagung, juga mengalami swasembada dan tidak impor pada tahun ini.
"Iya kalau dihitung deltanya, nilai tambah dari peningkatan produksi pada 43 komoditas sejak 2014-2016 sangat tinggi Rp288 triliun dan dicerminkan dari pertumbuhan PDB pertanian,” tambahnya.