Dolar AS Terus Menguat, Sri Mulyani: Hanya Sementara
- Chandra Gian Asmara/VIVA.co.id
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, terdepresiasinya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam sepekan terakhir hanya bersifat sementara. Kondisi fundamental ekonomi nasional diklaim masih mampu menahan sentimen yang berpotensi memengaruhi mata uang Garuda.
“Kalau pergerakan rupiah atau nilai tukar ada yang sifatnya temporer karena ada masa-masa di mana suasana pasar oleh isu global,” kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu, 21 Oktober 2017.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada awal pekan lalu berada di posisi Rp13.483 per dolar AS. Kemudian pada Selasa 17 Oktober, rupiah terdepresiasi menjadi di level Rp13.490 per dolar Paman Sam.
Pada Rabu, 18 Oktober, mata uang Garuda terdepresiasi di level Rp13.514 per dolar AS. Lalu pada Kamis, 19 Oktober, rupiah kembali terdepresiasi di level Rp13.521 per dolar AS. Namun pada Jumat, 20 Oktober, rupiah berhasil menguat terhadap dolar AS, di level Rp13.517.
“Kalau sifatnya sentimen, pada waktu-waktu tertentu biasanya sifatnya temporer,” kata Ani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menegaskan, kondisi fundamental ekonomi nasional masih relatif stabil. Tercermin dari sejumlah indikator seperti aktivitas ekspor impor yang seimbang, derasnya modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik, sampai dengan cadangan devisa di kisaran US$129,4 miliar.
“Maka fundamental itu akan menjaga nilai tukar pada tingkat yang stabil,” kata Ani.
Sebagai informasi, BI mencatat, aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik dalam bentuk Surat Berharga Negara maupun Surat Berharga BI mencapai Rp130 triliun. Aliran tersebut, ditegaskan BI, belum termasuk dengan Foreign Direct Investment. (ase)