Mengenal Kapal FSRU Pemasok LNG yang Dicek Arcandra

Kapal FSRU Pemasok LNG.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – Sejauh lima mil dari daratan teluk Jakarta, bersandar kokoh sebuah kapal besar berwarna merah. Kapal itu sering disebut Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) yang dioperasikan oleh PT Nusantara Regas, yakni perusahaan patungan atau joint venture antara PT Pertamina dan PT PGN Tbk dengan komposisi 60:40 persen.

Seperti layaknya storage atau tempat penyimpanan minyak dan gas bumi (migas) lainnya, pengamanan di wilayah itu diawasi ketat. Untuk berkunjung ke sana butuh waktu tempuh sekitar setengah jam menggunakan kapal boat dari pusat perbelanjaan di utara Jakarta yakni Baywalk Pluit.  

Kapal dengan total kapasitas 125 ribu m3 diproduksi pada 1977 oleh Moss Maritime. Kapal FSRU Jawa Barat ini memasok gas untuk pembangkit listrik di Jawa Barat dan dalam beberapa waktu ke depan akan mengalirkan gas untuk industri.

Adapun pasokan Liquefied Natural Gas (LNG) FSRU ini didapat dari kilang LNG Bontang dan Tangguh LNG yang dibawa dengan kapal LNG untuk kemudian disimpan dalam FSRU dan diregasifikasi dengan media propane hingga menjadi gas kembali.

"Jadi ini sejak tahun 1977 (dibangun), jadi kapalnya di sini dibangun pada 1977 kemudian dikonversi lagi pada 2012 dan ini lah jadi sekarang. Walaupun tua masih bagus, yang penting adalah dirawat, maintenance-nya bagus sesuai dengan standar yang ada," kata Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar di Kapal FSRU Jawa Barat, Kamis 19 Oktober 2017.

Arcandra mengatakan, Indonesia setidaknya baru memiliki sebanyak tiga unit kapal FSRU di seluruh Indonesia, di antaranya di FSRU Jawa Barat, Lampung, dan Benoa.

Namun, tak menutup kemungkinan pemerintah akan menambah beberapa unit FSRU, saat sudah dibutuhkan. "Ditambah sesuai dengan kebutuhan, kalau kebutuhannya enggak ada, ya enggak ditambah dulu," kata dia.

Kapal pemasok Liquid Natural Gas (LNG) di Jawa Barat

Kementerian ESDM Terbitkan Aturan Baru PLTS Atap, Ini yang Beda

Kapal FSRU bersandar di Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta.

Arcandra pun mengakui, perusahaan JV ini merupakan bentuk kekompakan antara PT Pertamina dan PT PGN Tbk. Hanya saja, Arcandra tak mau berkomentar lebih jauh terkait dengan holding BUMN migas yang saat ini bentuknya tengah digodok.

139 Perusahaan Tambang Sudah Boleh Kembali Ekspor Batu Bara

Ke depan, Arcandra berharap pemenuhan pasokan gas dalam negeri dapat dipenuhi dengan optimalisasi potensi LNG yang pasokannya cukup besar. Sebab selama ini, Indonesia menjadi negara pengekspor LNG sekaligus negara pengimpor LNG

"Untuk tahun ini dan tahun depan, kami masih banyak uncommited cargo (LNG yang tidak terpakai) yang dalam negeri. Saya juga dengan dirjen migas, sedang memperbaiki neraca gas (ekspor impor) untuk tahun-tahun ke depan, biar angka yang ada bisa dipercaya, sehingga ke depannya bisa prediksi apakah perlu impor LNG atau tidak. Apakah juga LNG yang ada di dalam negeri itu cukup untuk memenuhi kebutuhan gas di dalam negeri," kata dia.

Kementerian ESDM Targetkan Investasi Migas 2022 Capai US$17 Miliar

Dia pun mengatakan, prospek energi gas ke depan itu cukup tinggi. Gas berada di posisi sekitar 25 persen dari bauran energi (energy mix) Indonesia. Untuk itu, pembangunan fasilitas FSRU diakuinya butuh perencanaan yang lebih matang ke depannya.

"Tapi memang ditentukan demand-nya seperti apa. Gas demand terbesarnya itu ada di PLN. Nah, untuk itu kami berharap juga ke depannya perencanaannya disesuaikan dengan RUPTL-nya PLN, berapa kebutuhannya, kemudian bagaimana moda transpor gas tersebut," tuturnya.

Pabrik Pupuk Iskandar Muda.

Reaktivasi Pabrik PIM-1 Bakal Tingkatkan Produksi Pupuk Indonesia

Pupuk Indonesia mengaprisiasi Kementerian ESDM yang memasok gas agar pabrik Pupuk Iskandar Muda yang sudah 10 tahun lebih mati, hidup kembali.

img_title
VIVA.co.id
14 Maret 2022