Raup Untung dari Jaket Khe-khe di Musim Hujan
- VIVA.co.id/Muhammad AR
VIVA – Bogor yang dijuluki sebagai kota hujan adalah kata inspirasi bagi Bubung Saeful Arysad menemukan ide usaha. Pada 2013 silam, pria yang akrab dipanggil Chawi ini iseng-iseng membuat jaket waterproof atau antiair sendiri.
Berbekal mesin jahit seadanya, tangan dingin pria berumur 38 tahun asal Kampung Cisalopa, Desa Pasir Buncir, Caringin, Bogor, itu mampu membuat jaket yang diminati pasar.
“Dulu iseng otodidak belajar menjahit sampai buat jaket sendiri. Tapi tahu-tahu tetangga pada pesan minta dibuatkan juga. Katanya supaya di saat hujan turun bisa beraktivitas seperti biasa,” ujar Chawi kepada VIVA.co.id.
Dikit demi sedikit pundi-pundi keuntungan mulai ditabung Chawi. Hingga akhirnya, ia mampu mempekerjakan warga sekitar. Awal mulanya, warga yang tertarik diajarkan teknik menjahit secara cuma-cuma. Saat ini di teras rumahnya, tersedia mesin jahit bagi warga yang ingin belajar.
“Ya saya ajarin di sini kalau sudah bisa saya lepas biar saja kalau mau bikin usaha sendiri. Kalau mau ikut ke saya sama-sama usahanya bukan sebagai karyawan,” tuturnya
Chawi menjelaskan, untuk membuat jaketnya, bahan yang diperlukan mulai parasut, taslan, sampai goretek, polar sampai polyester. Jenis bahan jaket tergantung selera pemesan. Ada yang menggunakan bahan dingin ataupun hangat. Uniknya, bicara soal model, Chawi menyerahkan pada pemesan.
“Itu selera bisa kasih saya modelnya atau bisa dibuat bareng-bereng di sini,” katanya.
Chawi mengaku jaket yang diberi label Khe-khe itu sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Bahkan, penggemarnya datang memesan untuk dijual di Timika, Papua.
Penamaan Khe-khe sendiri bukan sembarangan. Nama itu berasal dari nama anak sulungnya Muhammad Khaisya Arsalan yang kini menjadi remaja penghafal Quran.
Tidak hanya untuk ukuran dewasa, Chawi pun memproduksi jaket dan jas hujan untuk ukuran anak-anak. Selain itu, bisnis yang dirintisnya juga dilirik di kota kelahirannya di Bogor.
Tak sedikit institusi, dari mulai Kepolisian sampai petugas kebakaran memborong produknya. Untuk jaket ini pembeli hanya merogoh kocek Rp150-Rp300 ribu. Tentunya dengan harga itu, Chawi menjamin kualitas terbaik.
Sejak 2013, Chawi mencatat sudah memproduksi 100 ribu lebih pesanan. Bahkan, produk asli Bogor ini menembus hingga Malaysia dan Singapura. Kini di Indonesia jaket Khe-khe mudah dijumpai dalam pasar online. Beragam aplikasi tak dilewatkan para pedagang online untuk memajang produk buatan Chawi.
Dalam perjalanan usahanya, bapak tiga anak ini memiliki mimpi besar. Ia bertekad mengubah kampung kelahirannya menjadi Kampung Jaket di Indonesia. “Mimpi saya bisa membuat kampung ini jadi Kampung Jaket,” katanya. (one)