Efek Berganda Pembangunan Smelter Kawasan Timur RI
- REUTERS/Yusuf Ahmad
VIVA – Pembangunan smelter, khususnya di pelosok daerah di kawasan timur Indonesia, patut mendapat dukungan. Sebab, akan memberikan efek berganda atau dampak positif yang besar bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
"Bagi pemerintah daerah, kehadiran pabrik smelter (fasilitas pengolahan dan pemurnian) ini akan meningkatkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) secara signifikan," kata pengamat tambang Fahmi Radhi, seperti dikutip dari keterangannya, Kamis 19 Oktober 2017.
Salah satu smelter yang telah selesai dibangun di kawasan timur Indonesia adalah fasilitas pengolahan dan pemurnian bijih nikel di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Smelter ini dibangun oleh Harita Grup, melalui anak usahanya PT Megah Surya Pertiwi.
Menurut Fahmi, pembangunan smelter berupa fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel di Pulau Obi, tidak hanya menguntungkan bagi industri tambang di dalam negeri, tetapi memberikan nilai tambah, serta efek berganda, berupa tumbuhnya lapangan pekerjaan baru, dan munculnya industri-industri terkait.
Smelter di Pulau Obi ditargetkan mampu menghasilkan hingga 200 ribu ton ferronickel per tahun dengan kadar pemurnian 10-12 persen. Nantinya, smelter juga menerima suplai bijih nikel dari perusahaan pemegang izin usaha pertambangan nikel lainnya di Halmahera Selatan. Investasi smelter itu mencapai US$350 juta.
Fasilitas ini mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang terdiri atas tiga line untuk mengoptimalkan produksi. Kebutuhan tenaga listrik smelter MSP dipasok dari PLTU berkapasitas 3x38 megawatt.
Fahmi menyebutkan, sesuai UU Minerba, perusahaan tambang diwajibkan untuk membangun smelter, atau pabrik pengolahan dengan tujuan bukan hasil tambang mentah yang dipasok ke pasar, tetapi sudah produk jadi untuk memberikan nilai tambah bagi daerah dan negara.