Luhut: Ingin Ekonomi RI Tumbuh, Stop Bicara Perbedaan
- VIVA.co.id/ Moh. Nadlir.
VIVA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menegaskan, Indonesia belum mengembangkan potensi laut yang sebenarnya sangat besar. Indonesia menurutnya adalah negara maritim yang sangat luas.
Luhut membandingkan bahwa dirinya terbang dengan pesawat dari Tokyo ke Indonesia menghabiskan waktu sekitar enam jam 50 menit sedangkan dari Sabang ke Merauke itu kira-kira mencapai delapan jam.
"Jadi ini perlu hati hati. Ada 17.500 pulau, 70 persennya adalah laut. Dan ada 99 ribu kilometer garis pantai. Ini lah Indonesia. Jadi, selama ini kita membelakangi laut," kata Luhut dalam konferensi pers tiga tahun Jokowi-JK di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu 18 Oktober 2017.
Luhut mengklaim pemerintahan Jokowi inilah yang mulai berbuat sesuatu, yakni bagaimana berupaya membuat Indonesia menjadi sebuah poros maritim dunia. "Sejak sumpah Palapa, deklarasi Juanda, kita gak pernah berbuat apa apa. Baru kita tahun ini berbuat sesuatu untuk poros maritim dunia," kata dia.
Menurutnya, peringkat investasi Indonesia dari lembaga rating investasi yang telah mencapai investment grade atau layak investasi masih dapat ditingkatkan. Dengan catatan, ujar Luhut, jangan lagi berbicara terkait dengan perbedaan apalagi sampai berujung konflik.
"Potensi ekonomi maritim juga perlu dioptimalkan, angka ini masih (tumbuh) delapan sampai sembilan persen. Jangan bicara perbedaan dan konflik dulu. Lebih banyak isu yang lebih banyak yang lebih penting," kata dia.
Selain itu, sambung dia, Pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebetulnya masih lebih baik daripada rata-rata dunia. Fokus pemerataan pertumbuhan ekonomi yang ada di daerah-daerah Indonesia menurutnya adalah alasan bahwa pertumbuhan Indonesia hanya stagnan di lima persen.
"Kalau Presiden mau enak maka kita fokus aja di sini aja, Jawa. Bisa enam persen (pertumbuhan ekonomi). Tapi kan kita perlu dong pikirkan daerah lain. Makanya kenapa kita 5,1 persen," ujarnya.