2019, Pariwisata Jadi Penyumbang Devisa Utama Indonesia
VIVA – Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, sektor pariwisata telah menjadi primadona baru bagi pembangunan nasional. Bahkan pada 2019 mendatang, setoran devisa di sektor pariwisata diperkirakan akan mengalahkan setoran devisa dari beberapa industri, salah satunya kelapa sawit.
Hal tersebut dikemukakan Arief dalam konferensi pers Capaian Tiga Tahun tema Pembangunan Ekonomi Baru dan Peningkatan Produktivitas untuk Menunjang Pemerataan di Gedung BIna Graha, Kantor Staf Kepresidenan, Kompleks Kepresidenan, Jakarta, Selasa 17 Oktober 2017.
“Presiden Jokowi sudah menyadari dan meminta, agar pariwisata menjadi sektor unggulan terbesar nasional,” kata Arief.
Indonesia, kata Arief, kini disebut sebagai salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan paling cepat di sektor pariwisata. Pertumbuhan beberapa tahun terakhir mencapai 25,68 persen, jauh dibanding industri pelesiran di kawasan ASEAN hanya tumbuh tujuh persen.
Selain itu, apabila dibandingkan dengan negara-negara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, Indonesia diklaim jauh lebih unggul dalam hal pemasaran. Apalagi, saat ini pun pemerintah tengah gencar memasarkan sejumlah destinasi wisata yang baru, maupun yang sudah ada.
“Diperkirakan pada 2019, sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa utama Indonesia,” katanya.
Sebagai informasi, indeks daya saing pariwisata Indonesia berdasarkan laporan World Economy Forum menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Selain itu, jumlah wisatawan mancanegara dalam tiga tahun terakhir, tercatat dari 10 juta orang pada 2015, menjadi 12 juta tahun lalu. Hasil ini menambah pemasukan devisa negara dari US$12,33 miliar menjadi US$12,44 miliar.