Kelancaran Ekspor-Impor Salah Satu Mesin Pendorong Ekonomi

Terminal JICT.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Kementerian Perhubungan diminta terus memprioritaskan kelancaran pelabuhan petikemas, khususnya yang melayani kegiatan ekspor-impor. Sebab, kelancaran kegiatan pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia seperti Tanjung Priok, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. 

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Inas Nasrullah Zubir berpendapat, upaya ini juga harus dikawal oleh pemangku kepentingan terkait. Seperti Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, Terminal Peti Kemas (TPK) Koja, New Priok Container Terminal (NPCT) 1, Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, dan Terminal Mustika Alam Lestari (MAL).
 
"Kita harapkan lancarnya lalu lintas petikemas bisa berjalan hingga akhir tahun ini. Ini patut diapresiasi," ujar Inas dikutip dari keterangannya, Kamis 5 Oktober 2017. 
 
Pernyataan Inas juga merespons adanya kisruh antara manajemen PT Jakarta International Container Terminal (JICT) dan serikat pekerja JICT beberapa waktu lalu. Apalagi, hingga kini terus bergulir dengan adanya saling lapor antara kedua pihak kepada penegak hukum.
 
Sebagai informasi, saat terjadi aksi mogok SP JICT, layanan bongkar muat petikemas dialihkan ke NPCT1, TPK Koja, Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, dan Terminal MAL, sesuai arahan pemerintah.

Menurut Inas, kerja sama JICT dan pelabuhan petikemas lainnya seperti NPCT1, TPK Koja, Terminal 3, dan Terminal MAL dapat dicontoh oleh perusahaan BUMN lainnya. Sinergi tersebut dinilai tepat dan wajib didukung untuk mengutamakan kelancaran layanan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok.  

Senada dengan Inas, Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) juga mengapresiasi upaya kontigensi (contingency plan) dari Kementerian Perhubungan dan pemangku kepentingan terkait, yang mengalihkan layanan terminal petikemas pada saat aksi mogok kerja yang dilakukan serikat pekerja PT JICT beberapa waktu lalu.

Upaya kontigensi itu terbukti memperlancar arus layanan petikemas tanpa terganggu mogok kerja yang dilakukan serikat pekerja JICT pada Agustus lalu.

“Sejauh ini, berdasarkan evaluasi dari kami, pengalihan layanan terminal petikemas dari JICT ke TPK Koja, NPCT 1, Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, dan Terminal MAL berjalan lancar, tanpa terkendala. Kami mengapresiasi upaya kontigensi dari semua pihak terutama Kemenhub,” ujar Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi.

Dia menilai, perhatian utama dari para pengusaha logistik dan forwarder adalah kelancaran layanan petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Dengan demikian kegiatan bisnis yang dilakukan tidak terkendala sehingga menimbulkan kerugian.

“Berdasarkan evaluasi kami, sekitar 20 shipping lines (ocean going) beralih dari JICT ke TPK Koja, NPCT 1, Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, dan Terminal MAL. Dan sekarang jika ada shipping lines yang tidak kembali ke JICT, itu pilihan mereka terkait pelayanan dan kepastian tidak adanya konflik,” kata Yukki.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Seperti diketahui, hingga saat ini TPK Koja dipercaya untuk menangani bongkar muat kontainer Dermaga milik JICT. Kegiatan lalu lintas arus petikemas berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan.

"TPK KOJA masih di percaya untuk tetap mengelola Dermaga 300 meter milik JICT sampai dengan akhir 2017," tambah Sekertaris Perusahaan TPK Koja, Nuryono Arif.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia
Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024