Tarif Listrik Jadi Momok di Tengah Optimisnya Konsumen
- ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA.co.id – Konsumen semakin yakin terhadap ekonomi lokal dan nasional saat ini. Hal itu membuat Indeks Kepercayaan Konsumen September 2017 yang disurvei Danareksa Research Insitute naik 0,7 persen di level 100,4.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Damhuri Nasution, mengatakan selain melihat kondisi saat ini, optimisme konsumen di September juga tercatat semakin meningkat terhadap prospek ekonomi enam bulan ke depan.
Hanya saja, lanjut dia, di tengah optimisme tersebut ada beberapa isu yang masih membuat konsumen khawatir pada survei September, yaitu tingginya harga bahan pangan, kelangkaan kerja, dan kenaikan tarif listrik.
"Survei terakhir, sekitar 66,6 persen konsumen merasa khawatir tingginya harga bahan pangan, 38,2 persen konsumen merasa khawatir terhadap kelangkaan kerja, dan 7,5 persen konsumen khawatir terhadap penyesuaian tarif listrik," jelas Damhuri dalam keterangan tertulisnya, Senin 2 Oktober 2017.
Adapun dua komponen pembentuk Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) September tercatat mengalami kenaikan, di mana Indeks Situasi Sekarang (ISS) naik 0,5 persen menjadi 83,4, dan Indeks Ekspektasi naik 0,9 persen menjadi 113,2.
"ISS naik karena konsumen memberi penilaian yang lebih baik terhadap keadaan ekonomi saat ini. Sementara itu, IE juga mengalami kenaikan karena menguatnya optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi enam bulan mendatang," jelasnya.
Sementara itu, meski optimisme naik pada September, ternyata rencana konsumen membeli barang tahan lama mengalami penurunan. Di mana survei September mencatat hanya sekitar 41,07 persen konsumen yang berencana membeli barang tahan lama dalam enam bulan atau turun dari 42,34 persen bulan lalu.
Kemudian, konsumen yang merasa yakin tekanan inflasi akan meningkat dalam enam bulan mendatang tercatat juga naik sebesar 0,9 persen dari 180,7 menjadi 182,4 pada September.
Damhuri menjelaskan, ekspektasi meningkatnya tekanan inflasi dalam enam bulan mendatang tersebut antara lain disebabkan oleh ekspektasi bahwa harga-harga (terutama harga bahan pangan, sandang, dan transportasi) akan meningkat menjelang akhir tahun dikarenakan perayaan Natal dan Tahun Baru.