Perlukah RI dapat Stimulus Lagi untuk Genjot Ekonomi?
- VIVA.co.id/Agus Rahmat
VIVA.co.id – Bank Indonesia diperkirakan menahan tingkat suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate yang saat ini berada di level 4,5 persen. Proyeksi ini sejalan dengan hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan lalu, yakni dengan memangkas tingkat suku bunga acuan.
“Sudahlah, biarkan saja (7-Day Reverse Repo Rate). Baru turun juga,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, di Jakarta, Rabu 20 September 2017.
Berdasarkan catatan VIVA.co.id, tingkat suku bunga acuan bank sentral sudah turun 175 basis poin sejak awal tahun, hingga pertengahan tahun ini. Namun, transmisi kebijakan BI melalui jalur suku bunga belum begitu berdampak terhadap penurunan suku bunga kredit.
Data pertumbuhan kredit hingga Juli tahun ini secara year on year pun hanya tumbuh 7,9 persen. Rendahnya pertumbuhan kredit di pertengahan tahun, menjadi salah satu kekhawatiran bagi pemerintah, dalam upaya mengejar target pertumbuhan ekonomi yang dipatok 5,1 persen tahun ini.
Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede saat berbincang dengan VIVA.co.id tak memungkiri, transmisi kebijakan otoritas moneter melalui jalur suku bunga masih relatif melambat. Geliat kredit pada tahun ini pun dikhawatirkan tidak mampu berbuat banyak terhadap perekonomian.
“Indeks peredaran uang, kalau kita lihat masih flat. BI tentu masih akan melihat dulu, dampak dari kebijakan pada bulan sebelumnya,” kata Josua.
Meskipun tetap meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,1 persen pada tahun ini, namun Josua, menggaris bawahi beberapa hal. Terutama, dari sisi geliat konsumsi rumah tangga, dan pembentukan modal tetap bruto atau investasi yang harus tumbuh positif demi mengejar target tersebut.
“At least, konsumsi rumah tangga harus lima persen. Dari sisi investasi harus enam sampai tujuh persen. Karena, ini masih dalam konsolidasi dan kita berharap tahun depan akan lebih baik,” katanya. (asp)