Indef Sebut Tutupnya Gerai Matahari Puncak Lesunya Daya Beli

matahari department store
Sumber :
  • REUTERS/Stringer

VIVA.co.id – PT Matahari Department Store Tbk pada akhir bulan ini bakal melakukan penutupan dua gerainya yang berlokasi di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M. Manajemen beralasan, penutupan ini diakibatkan oleh sepinya pengunjung, sehingga kinerja penjualan tidak sesuai target.

Kenaikan UMP 2025 Dinilai Bawa Dampak Positif, Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai, rencana penutupan gerai ritel itu sebagai puncak dari penurunan daya beli masyarakat.

"Rencana penutupan beberapa gerai ritel di Jakarta sebenarnya merupakan fenomena puncak gunung es dari lesunya daya beli masyarakat yang dirasakan sejak tahun 2014," ujar Bhima kepada VIVA.co.id, Selasa 19 September 2017.

Ekonom Ingatkan Dampak PPN Naik Jadi 12 Persen Turunkan Daya Beli Masyarakat

Menurut Bhima, kondisi itu juga terlihat pada peritel lain yang dinyatakan bangkrut dan disusul oleh perusahaan ritel lainnya. "Meskipun tahapnya masih downsizing atau perampingan," kata dia.

Dia melanjutkan, sejumlah peritel yang selama ini bertahan dengan model diskon untuk menarik pembeli memang cukup berat. Apalagi, kata dia, sepanjang 2017, masyarakat kelas menengah bawah terpukul pencabutan subsidi listrik 900 VA, lalu kenaikan biaya STNK, dan mahalnya harga beberapa kebutuhan pokok.

Daya Beli Masyarakat Turun? Begini Cara Agar Bisnis Tetap Bertahan dan Berkembang!

"Sementara itu, daya beli masyarakat menengah atas sebenarnya masih kuat. Namun, mereka cenderung mengalihkan uang belanja ke simpanan di bank atau beli emas. Ini motifnya karena melihat ekspektasi perekonomian dalam enam bulan ke depan kurang positif," ujarnya.

Ia menambahkan, kebijakan pemerintah yang cukup agresif, yakni soal pajak juga menurunkan semangat masyarakat untuk berbelanja. "Oleh karena itu penting dicatat bahwa salah satu syarat agar masyarakat kembali belanja adalah jangan ada kebijakan aneh-aneh di sisa 2017 yang mendistorsi ekonomi," ujarnya.

Bahkan, ujar dia, rencana aturan biaya top up e-money pun bisa mengganggu daya beli masyarakat. "Kalau banyak pungutan nanti masyarakat malah malas untuk belanja. Lebih baik disimpan uangnya," kata dia.

Selain itu, solusi yang perlu dilakukan, menurut dia, adalah memberikan insentif bagi pelaku sektor ritel, baik melalui diskon tarif listrik yang membantu menekan beban operasional. Kemudian, dinilai perlu ada insentif fiskal misalnya tax allowance agar pelaku ritel bisa menarik napas di tahun yang cukup berat ini.

"Di sisa waktu tahun 2017 ini diharapkan penyerapan anggaran pemerintah juga maksimal, sehingga ada dorongan ke konsumsi masyarakat," tutur dia.

ilustrasi pajak

Analis Sebut Kenaikan PPN 12 Persen Tidak Berpengaruh Signifikan ke Pasar Modal Domestik

Analis menilai kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen tidak memberikan dampak signifikan terhadap kondisi pasar dalam negeri karena dua indikator utama makroekonomi stabil.

img_title
VIVA.co.id
9 Desember 2024