Jabatan-jabatan yang Riskan Jadi Target Serangan Siber
- VIVA.co.id/Afra Augesty
VIVA.co.id – Laporan keamanan tengah tahun perusahaan solusi keamanan siber, Trend Micro Incorporated, bertajuk "2017 Midyear Security Roundup: The Cost of Compromise", membahas serangkaian ancaman serius serta kendala dalam perencanaan postur teknologi informasi.
Termasuk, di dalamnya serangan ransomware, Business Email Compromise (BEC) scams, dan celah keamanan Internet of Things (IoT) serta propaganda siber.
Menurut Sales Director Trend Micro Indonesia, Laksana Budiwiyono, pihaknya mendeteksi lebih dari 82 juta ancaman ransomware, dengan rata-rata 28 kelompok jenis (family) ransomware baru terdeteksi setiap bulan.
Selain itu, tiga ribu setiap bulan upaya penipuan melalui BEC terdeteksi. Sepanjang semester I-2017, lebih dari 37,5 miliar ancaman (threat) berhasil diblokir.
Dari pemblokiran tersebut, mayoritas dilakukan melalui spam (sampah digital) di surat elektronik (surel/email) sebesar 67 persen.
"Hasil analisis kami juga menunjukkan sejak Januari 2016 hingga Juni 2017 sebanyak 33,77 persen dari total ancaman ransomware global terdeteksi masuk kawasan Asia Pasifik, di mana sebesar 7,44 persen terdeteksi ada di Indonesia," ungkap Laksana di Jakarta, Kamis, 14 September 2017.
Oleh karena itu, ia mengimbau perusahaan untuk segera menetapkan prioritas penganggaran keamanan supaya dapat membangun postur keamanan secara efektif.
"Ini fakta bahwa biaya kerugian yang diderita akibat bobolnya keamanan sering kali lebih besar dibandingkan anggaran yang disediakan oleh perusahaan itu," ujarnya.
Laksana pun memprediksi tren serangan siber yang melanda perusahaan-perusahaan besar di dunia akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini.
Dari pengambilan sampel serangan BEC secara acak, Trend Micro mendapati bahwa beberapa pengguna yang menempati pos-pos penting di perusahaan telah ikut teperdaya oleh BEC, seperti chief executive officer (CEO) sebesar 41,83 persen dan managing director sebesar 28,29 persen.
Posisi-posisi penting perusahaan yang sering dijadikan sasaran oleh peretas (hacker) adalah, lagi-lagi, CEO sebesar 18,89 persen dan direktur keuangan sebesar 7,45 persen.