Tak Ingin Gegabah, BI Pertahankan Proyeksi Rupiah 2018
- ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf
VIVA.co.id – Bank Indonesia pertahankan proyeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada 2018, yang berada di rentang Rp13.500-Rp13.700. Ketidakpastian ekonomi global yang dikhawatirkan kembali terjadi tahun depan, menjadi alasan bank sentral mempertahankan perkiraan tersebut.
Hal ini menyusul adanya sejumlah fraksi partai yang ingin agar kisaran mata uang Garuda bisa ditekan sesuai dengan kondisi perekonomian domestik yang mulai bergairah. Apalagi, peringkat layak investasi Indonesia dari Standard and Poor’s disebut-sebut mampu membawa aliran modal ke dalam negeri.
“Kami paham, kurs mau dibuat lebih kuat. Saya rasa Rp13.400 masih masuk range. Tapi di bawah itu, kurang baik,” kata Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, dalam rapat kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Senin 11 September 2017.
Mirza tak memungkiri pergerakan mata uang Garuda hingga saat ini memang cenderung menguat dibandingkan mata uang negeri Paman Sam. Namun pada 2018 mendatang, Mirza menegaskan, tidak ada jaminan yang menggaransi kondisi tersebut bisa kembali terulang.
Misalnya, dari gonjang ganjing kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve) dan kenaikan suku bunga bank sentral Eropa (ECB). Meskipun pada tahun ini probabilitas kenaikan suku bunga AS jauh lebih rendah, namun bukan tidak mungkin tahun depan bank sentral agresif menentukan kebijakan moneternya.
“Faktor eksternal sulit diperkirakan. Kalau ditanya bobotnya berapa, mungkin bisa di atas 50 persen. Karena Indonesia negara yang perlu aliran modal, baik yang masuk ke SUN (Surat Utang Negara), pasar modal, dan pasar pinjaman korporasi,” ujarnya.
Ketua Komisi XI DPR, Melchias Markus Mekeng, dalam kesempatan yang sama meminta pemerintah agar kembali menekan proyeksi nilai tukar rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018 di rentang Rp13.400 per dolar AS. Ini mengingat sejumlah indikator perekonomian yang sudah membaik. (ren)