Pasar Coding di Indonesia Masih Terbuka Lebar
- Dok. Refactory
VIVA.co.id – Indonesia baru akan memasukkan coding ke silabus Sekolah Menengah Kejuruan pada awal 2018.
Sehingga, dibutuhkan kerja sama dua kementerian, yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Pendidikan dan kebudayaan. Tujuannya agar para siswa-siswi SMK setelah lulus sudah siap untuk bekerja di perusahaan IT.
Setidaknya, ada beberapa pekerjaan utama yang akan dengan mudah membuka pintu bagi para coder (istilah bagi orang yang mempelajari coding) yakni analis data, desainer, enjiner dan ilmuan. Namun sayangnya, kebutuhan industri dan stok coder saat ini belum seimbang.
Menanggapi hal itu, CEO Refactory.id, Taufan Aditya menilai, pekerjaan sebagai pengkoding dinilai memiliki kesempatan 89 persen lebih baik dari pada karir pekerjaan lain yang hanya 44 persen dan bentuk kolaborasi antarprofesi, yang suka tidak suka akan hadir.
"Tidak bermaksud mengecilkan jenis pekerjaan lain, tapi ini menjadi kesempatan untuk bisa fit-in dalam persaingan global,” kata Taufan, dalam keterangannya, Sabtu, 9 September 2017.
Untuk Indonesia sendiri, lanjut Taufan, kehadiran coder mulai terasa geliatnya, dan akan terus berkembang. Apalagi program pemerintah 1.000 startup menjadi salah satu pertanda baik.
“Teknologi tak bisa dibendung dan negara sadar akan hal itu,” ujarnya.
Taufan juga mengakui bila peluang ini masih terbuka lebar, terlebih untuk pasar Asia, termasuk Indonesia, terutama bagi para programer dan ahli bahasa komputer.
"Asia itu ibaratnya tanah tak bertuan, pemainnya masih sedikit yang benar-benar ada di kelas profesional, apalagi di Indonesia," kata Taufan.
Refactory.id sendiri, kata Taufan, mencoba untuk mengambil peluang tersebut dengan membuka bootcamp singkat di Bandung, Jawa Barat, bagi pengkode atau coder dan programer kelas menangah untuk meningkatkannya pada level profesional setiap tiga bulan sekali.
Ia mengakui, di Indonesia sendiri, belum banyak penyedia bootcamp profesional seperti Refactory.id, namun hal itu akan menjadi tren dalam beberapa tahun ke depan.
Beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya telah hadir beberapa bootcamp, dengan harga yang bervariasi antara Rp30 juta hingga Rp40 juta untuk setiap batch, dalam waktu 12 minggu, dengan tingkat kepadatan belajar yang luar biasa.
"Jjika dibandingkan kursus singkat yang setara bagi para coder dan programer di luar negeri berkisar di angka US$10 ribu hingga US$15 ribu atau Rp 130 juta-Rp 180 juta.” (mus)