Regulasi Berbelit Masih Jadi Momok Realisasi Investasi

Pabrik Wuling di Cikarang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Pius Mali

VIVA.co.id – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebut, realisasi penanaman modal asing dalam tujuh tahun terakhir hanya mencapai 27,5 persen secara rata-rata target tiap tahun. Persoalan perizinan yang masih berbelit-belit, dituding menjadi alasan rendahnya serapan penanaman modal.

7 Rahasia Jadi Orang Kaya ala Robert Kiyosaki, Nomor 4 Jangan Sampai Terlewat!

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede tak memungkiri, berbelitnya regulasi di tingkat daerah menjadi penyebab utama iklim investasi domestik belum menunjukkan perbaikan. Padahal, bergeliatnya investasi di Tanah Air mampu memberikan dampak lebih terhadap perekonomian nasional.

“Investasi memang menjadi salah satu yang harus didorong dan diprioritaskan. Meskipun seluruh paket kebijakan mempercepat proses perizinan, tapi masih banyak hambatan di lapangan,” kata Josua saat berbincang dengan VIVA.co.id, di Jakarta, Selasa 5 September 2017,

KPK Sita Fee Broker Rp2,4 Miliar Terkait Korupsi Taspen

Menurut Josua, apa yang dilakukan pemerintah pusat untuk meningkatkan geliat investasi akan terasa percuma, jika tidak diselaraskan dengan aturan daerah. Apalagi, Presiden Joko Widodo pun dengan tegas menyebut, tak ingin lagi ada aturan di pemerintah daerah yang menghambat investasi.

“Birokrasi ini yang harus ditekan, jangan sampai overlapping. Daerah ini yang kadang merepotkan, karena ada banyak aturan yang harus dilalui. Padahal di pusat sudah selesai. Harus ada sinkronisasi,” katanya.

Kantongi Fasilitas Kawasan Berikat, PT Giwang Citra Laut Mantap Penuhi Permintaan Pasar Global

Selain regulasi di daerah, peningkatan pusat pelayanan terpadu satu pintu yang berada di ranah Badan Koordinasi Penanaman Modal pun harus kembali diperkuat. Terlebih, layanan tersebut disebut belum sepenuhnya melayani perizinan investasi dengan optimal.

Prospek Cerah

Meskipun realisasi investasi dalam beberapa tahun terakhir cukup rendah, sejatinya Indonesia masih menjadi salah satu destinasi menarik para investor. Ada beberapa alasan utama, beberapa wilayah Indonesia masih diminati oleh para investor asing,

Salah satu yang utama, adalah tingkat demografi Indonesia yang mayoritasnya usia produktif. Josua memandang, potensi Indonesia di mata para penanam modal tidak hanya dari kondisi ekonomi yang stabil, melainkan juga karena faktor sumber daya manusia yang dimiliki.

“Indonesia masih memiliki prospek yang cukup bagus dari sisi demografi. Karena tidak mungkin, investasi akan masuk ke negara yang mayoritasnya usia non produktif,” ujarnya.

Kendati memiliki prospek cerah, lantas apakah investasi akan meningkat ke depan? Menurut Josua, para penanam modal akan tetap membutuhkan kepastian, tidak hanya dari sisi aturan yang diberlakukan, melainkan juga menimbang keuntungan yang diperoleh.

Predikat layak investasi yang belum lama ini disematkan Standard and Poor’s pun bukan menjadi jaminan meningkatkan arus investasi. Pemerintah, ditegaskan Josua, harus kembali memutar otak, agar investasi yang masuk tidak sekadar komitmen, namun bisa direalisasikan.

“Semester satu tahun ini, mayoritas investasi yang masuk itu publik. Sektor swasta ini harus didorong. Mereka realisasi masih wait and see. Pemerintah harus menunjukkan secara nyata,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya