Penghentian Ekspor ke Myanmar Tak Pengaruhi Perdagangan RI

Dua pekerja di Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok tengah melintas dengan sepeda motor.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA.co.id – Aksi kekerasan yang dialami warga Rohingya di negara bagian Rahkine, Myanmar, menuai kecaman dari berbagai pihak. Bahkan, sejumlah pengamat ekonomi menilai pemerintah Indonesia perlu memberikan sanksi ke negara tersebut, misalnya penghentian ekspor.

Bursa Asia Kokoh Terkerek Penguatan Wall Street, Investor Pantau Laporan Perdagangan China dan India

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, secara keseluruhan, ekspor Indonesia ke Myanmar tidak begitu besar. Sehingga, tidak akan berpengaruh kepada total ekspor Indonesia sendiri.

"Jadi, enggak akan berpengaruh kepada total ekspor kita. Kita kan, tiga terbesarnya (pangsa pasar eskpor) Amerika, Jepang, China," kata Suhariyanto di kantor pusat BPS, Senin 4 September 2017.

Bursa Asia Loyo Sejalan Penurunan Indeks Saham Utama di Wall Street

Ia juga menilai, baik ekspor maupun investasi di negara tersebut juga masih sangat kecil. Kendati demikian, dia mengaku akan menyampaikan secara rinci pada pemaparan ekspor bulan selanjutnya.

"Tapi kalau mau data ekspor ke Myanmar bisa disimak nanti, kecil sekali lah," kata dia.

Ekspor RI Juli 2024 Naik 6,55% ke US$22,21 Miliar, Ditopang Sektor Non Migas

Mengutip data BPS, nilai ekspor Indonesia ke Myanmar per bulan Juni 2017 adalah US$59,4 juta dengan berat 98.714 ton. 

"Saya enggak hafal, tetapi ada komoditas-komoditasnya," tutur dia.

Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024