BPS: Deflasi Agustus Bukan Indikasi Turunnya Daya Beli
- Vivanews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik menyampaikan, meski sepanjang Agustus 2017 tercatat deflasi sebesar 0,07 persen, bukan lantas menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat. Hal itu diyakini merupakan bagian dari perbaikan harga bahan makanan yang diatur oleh pemerintah.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan, berdasarkan data di kuartal II 2017, daya beli masyarakat masih menunjukkan perbaikan. Ia mengklaim hal itu masih terjadi pada saat ini.
"Daya beli masih kuat saya bilang, jadi deflasi ini saya lihat bukan karena penurunan daya beli. Kalau saya bilang dari hasil rilis pertumbuhan ekonomi kita, konsumsi rumah tangga masih kuat, tumbuh 4,95 persen di data kuartal II 2017, berarti April sampai dengan Juni," kata Suhariyanto di kantornya, Senin 4 September 2017.
Ia mengatakan, pola deflasi pada tahun ini cenderung hampir sama dengan pola deflasi pada 2015. Di mana setelah periode Lebaran kenaikan harga cukup tinggi, kemudian mulai menurun pada saat ini.
"Kalau saya lebih melihatnya seperti pattern 2015, habis Lebaran biasanya harganya naik tinggi kemudian turun, kemudian terjadi deflasi," kata dia.
Lalu, Ia menyatakan, deflasi yang terjadi pada Agustus memperlihatkan adanya upaya pemerintah untuk mengendalikan bahan makanan yang menjadi faktor utama penyebab deflasi.
"Karena bobot bahan makanan terhadap inflasi lumayan tinggi. Saya berharap akan terkendali hingga akhir tahun. Tapi, harus agak hati-hati di Desember. Kita yakin lah ini akan tercapai," ujar dia.