Perbaikan Gangguan Satelit Tak Mudah, Begini Kompleksnya

Teknisi Telkom merepointing satelit di sebuah stasiun TV di Semarang, Jawa Tengah.
Sumber :
  • Twitter/@TelkomIndonesia

VIVA.co.id – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom sedang fokus untuk memulihkan layanan 15 ribu site yang terdampak akibat anomali pada satelit Telkom 1. Gangguan yang terjadi Jumat pekan lalu sampai kini belum sepenuhnya bisa diatasi oleh Telkom maupun produsen satelit tersebut, Lockheed Martin. 

Citra Satelit Ungkap 12 Kawah di Pangkalan Udara Militer Israel Bekas Hantaman Rudal Iran

Hingga Kamis pagi 31 Agustus, tercatat sebanyak 4.647 site pelanggan termasuk di dalamnya 4.132 site Very Small Aperture Terminal (VSAT) telah selesai dimigrasikan dan beroperasi normal. 

Namun, kerja keras masih terus dibutuhkan untuk sesegera mungkin memulihkan layanan hingga 15.000 site lainnya. Saat ini, kecepatan recovery site telah mencapai 1.200 site per hari. Telkom mengaku telah mengerahkan lebih dari 1000 teknisinya untuk bisa mengejar target pemulihan dan migrasi transponder satelit Telkom 1 ke satelit lainnya rampung total pada 10 September 2017.

Beda Latensi Satelit Berbasis LEO dan GEO

Pendiri Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha mengatakan, untuk mengatur pointing site dari satu satelit ke satelit lainnya, bukanlah perkara gampang dan cukup rumit. Apalagi dalam kasus gangguan satelit Telkom1, pointing harus dilakukan pada 15 ribu site.

"Satelit itu harus benar-benar pointing dengan antena satelit VSAT. Harus di-pointing lurus dengan antena satelit (di orbit)" ujarnya kepada VIVA.co.id, Kamis 31 Agustus 2017. 

Langit Jadi Lebih Terang Gara-gara Ini

Dia menjelaskan, untuk menjalankan proses ini tidak hanya menggeser antena satelit VSAT yang ada di ATM. Selain menggeser, teknisi harus mengatur algoritma site agar sesuai dan bisa menangkap sinyal satelit di orbit. Dan menurutnya butuh proses yang tidak sebentar bagi teknisi agar betul-betul menemukan posisi yang pas dan ideal terhubung dengan satelit.

"Untuk ngepasin ini butuh waktu, butuh engineer. Kita harus cari sinyal yang maksimal. Kayak langganan TV berbayar kan itu masangnya kan seharian. Sebab ini harus cari betul titik yang sinyalnya paling kuat dan pas pointing-nya," jelasnya. 

Dia membandingkan bagaimana proses migrasi ATM Bank Rakyat Indonesia dari satelit lama ke satelit milik mereka sendiri, satelit BRISat yang diluncurkan 18 Juni 2016. Setelah setahun berjalan, BRI belum menyelesaikan migrasi seluruh ATM-nya. 

"Bayangkan BRI yang dengan satelitnya, (sudah migrasi) 6 bulan lalu, migrasi ATM ke satelit BRI selama 6 bulan itu belum selesai. Ini (migrasi dari satelit Tekom 1) ribuan site, dan (dikatakan) butuh dua pekan penggantian satelit, enggak logis buat saya," ujar pakar yang menggeluti dunia telik sandi tersebut.

Dengan kalkulasi tersebut, Pratama memprediksi, waktu pemulihan site yang ada lebih dari target yang dicanangkan Telkom. Sebab teknisi Telkom harus diburu waktu dan mencapai titik gangguan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

"Ini yang dilakukan ribuan ATM. Mau berapa orang yang setting ke satelit baru itu, berapa ribu tempat yang harus didatangi para engineer untuk pointing yang baru," ujarnya. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya