Tiga Investasi Jempolan di Era Bunga Rendah 2017
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Pekan lalu, Bank Indonesia memutuskan menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 4,50 persen. Penurunan suku bunga acuan ini menandai dimulainya era bunga rendah di akhir 2017.
Penurunan suku bunga acuan ini akan memengaruhi perbankan menurunkan suku bunga kredit, terutama kredit investasi dan korporasi. Meskipun penurunan suku bunga ini baru akan dirasakan paling cepat dua bulan setelah penurunan suku bunga acuan.
Penurunan ini menandai kondisi ekonomi Indonesia semakin stabil, sehingga pelaku usaha akan terdorong untuk berinvestasi, tentu atas dukungan kredit perbankan. Kebijakan relaksasi kredit ini diharapkan bisa membuat ekonomi di kuartal III dan IV semakin moncer.
Selama kuartal I dan kuartal II, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,01 persen atau di bawah target. Lesunya pertumbuhan ekonomi karena daya beli masyarakat kelompok bawah dan menengah sedang terganggu akibat kenaikan tarif listrik dan tingginya harga bensin premium serta pertamax.
Di era bunga rendah seperti sekarang, para pemilik uang seperti Anda mesti mencari cara agar terus membiakkan dana. Apa saja pilihan yang menarik? Berikut ini, saran yang bisa diambil seperti dikutip dari HaloMoney.co.id, pada Selasa 29 Agustus 2017:
1. Investasi peer to peer landing
Situs teknologi finansial (Tekfin) yang menerima penyertaan dana investasi dari masyarakat, namanya peer to peer landing, seperti situs Amartha.com, Investree.id, dan Modalku.com perlu Anda pertimbangkan.
Dengan menyertakan dana di situs-situs tersebut, dana akan disalurkan ke para peminjam yang mencari pinjaman di situs tersebut. Tentu, di akhir periode investasi Anda akan menerima return investasi.
Mau tahu berapa returnnya? Bisa di atas 20 persen per tahun. Salah satu dari tiga situs Tekfin tersebut, bahkan mengklaim hingga 30 persen per tahun.
2. Reksadana
Reksadana juga sangat menguntungkan, jika Anda bisa mengetahui jenis reksadana apa yang cukup menguntungkan. Lihat kinerja reksadana yang ada di pasar keuangan melalui situs keuangan. Antara lain media ekonomi keuangan dan lembaga riset, seperti Infovesta.
Dari data infovestas, saat ini reksadana berbasis saham rata-rata masih menorehkan prestasi. Namun, reksadana pasar uang dan syariah, sedang sedikit tertekan. Sebaiknya, Anda lihat satu persatu kinerja produk reksadana sebelum Anda membelinya.
3. Properti
Investasi properti cukup menarik untuk tujuan investasi jangka panjang. Terutama, investasi pada properti hunian residensial. Dengan imbal hasil rata-rata minimal 10-15 persen per tahun, Anda bisa selamat dari hantu inflasi sekaligus bisa mengembangkan nilai dana Anda.
Hanya saja Anda mesti memperhatikan lokasi properti yang strategis dan dekat dengan proyek-proyek maupun fasilitas strategis, seperti dekat dengan transportasi umum, dekat dengan jalan tol dan seterusnya. (asp)