Waktu Bongkar Muat di Indonesia Masih Labil

Ilustrasi kapal kargo.
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside

VIVA.co.id – Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia menyatakan, waktu bongkar muat, alias dwelling Time di beberapa pelabuhan di Indonesia memang sudah mulai turun. Namun, penurunannya dinilai masih belum optimal atau belum mencapai target yaitu di bawah dua hari. 

Bursa Asia Kokoh Terkerek Penguatan Wall Street, Investor Pantau Laporan Perdagangan China dan India

Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Panky Tri Firmansyah mengatakan, waktu bongkar muat di pelabuhan besar di Indonesia masih naik turun. Kendati demikian, Ia masih yakin waktu ini bisa lebih dipercepat untuk mengoptimalkan daya saing logistik nasional.

"Dwelling time itu kadang naik dan turun, tapi dalam posisi terendah pun tidak sampai dua hari, itu bahkan pada saat kondisi pelabuhan itu sepi," kata Panky di kantornya, Jumat 25 Agustus 2017. 

Bursa Asia Loyo Sejalan Penurunan Indeks Saham Utama di Wall Street

Ia mengatakan, program tol laut yang merupakan ujung tombak penurunan disparitas harga di daerah, perlu dukungan pengelolaan pelabuhan seperti dwelling time. Sehingga disparitas harga bisa ditekan secara maksimal.

"Kenyataannya, pada titilk spot yang kita ambil yang jauh dari pelabuhan itu disparitas masih ada. Itu makanya infrastruktur itu perlu, jadi ujung tombak itu harus ditarik dulu ke infrastruktur," katanya. 

Ekspor RI Juli 2024 Naik 6,55% ke US$22,21 Miliar, Ditopang Sektor Non Migas

Di satu sisi, ia juga menekankan pentingnya  pemerintah untuk meningkatkan pelayaran rakyat. Dengan kerja sama antara swasta dan pemerintah, Ia mengatakan, pelayaran di tanah air dapat terus didorong.

"Kenapa pelayaran rakyat perlu didorong, ini. Karena ada kesempatan, bahwa perusahaan besar banyak yang memasukkan ke distribusi itu ke pelayanan rakyat, pelayaran rakyat itu juga potensial, satu untuk menyerap tenaga kerja, juga mengurangi cost product," katanya.

Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024