Melirik Potensi Wisata Migas di Sumur Tua Wonocolo
- VIVA.co.id/Dusep Malik
VIVA.co.id – Harga minyak dunia yang stagnan dan cenderung turun tak lantas membuat aktivitas di tambang minyak rakyat di Desa Wonocolo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur berhenti. Sebab, desa yang kini menjadi wisata migas pertama di Indonesia terus berbenah manarik wisatawan.
Lantas apa saja yang menjadi andalan wisata di lokasi tersebut?
Berdasarkan pantauan VIVA.co.id di lokasi pada Sabtu 19 Agustus 2017, desa Wonocolo yang memiliki kontur perbukitan sangat potensial menjadi wisata alam bebas dengan pemandangan bukit dan ratusan wisata sumur minyak tua.
Dari lokasi yang turun naik bukit dan masih memiliki hutan yang cukup indah tersebut terselip potensi wisata alam berkeliling menggunakan mobil jeep. Sepanjang jalan wisatawan disuguhkan keindahan alam dan aktivitas warga yang menambang minyak.
Suasana tambang rakyat di Desa Wonocolo, Bojonegoro
Selain itu, jalur yang cukup menantang tersebut juga cocok digunakan sebagai wisata sepeda gunung. Turun naik dan berkelok-keloknya jalan juga cocok bagi wisatawan yang hobi tantangan dan rintangan.
Sebagai salah satu objek vital nasional, Desa Wonocolo tak miliki penjagaan yang cukup ketat bagi para wisatawan. Desa ini justu cukup ramah dan memiliki motto yaitu Teksas Wonocolo atau kepanjangan dari tekad untuk aman dan sejahtera.
Â
Government dan Public Relation Assistant Manager PT Pertamina EP, Pandjie Galih Anoraga mengatakan Desa Wonocolo diresmikan menjadi desa wisata migas pertama di Indonesia, sejak 25 Juli 2016 oleh PT Pertamina (persero).
Upaya yang dilakukan Pertamina EP terhadap objek vital nasional ini adalah untuk menjaga aktivitas ekonomi masyarakat sekitar tetap terjaga. Apalagi produksi dari tambang minyak itu kini terbatas dan tak selamanya ada di desa tersebut.
Wisata Jeep di kawasan tambang rakyat Desa Wonocolo, Bojonegoro.
Ia mengungkapkan, desa wisata migas Wonocolo saat ini memiliki luas lahan hingga mencapai 500 hektare. Dan mempunyai wisata sumur tua sebanyak 700 titik. Tambang ini tercatat juga sudah ada sejak 100 tahun yang lalu.
"Kami dari Pertamina EP berharap bila produksi minyak di tambang Wonocolo habis masyarakat bisa melakukan peralihan aktifitas ekonomi dan sadar akan wisata sebagai penggerak ekonomi desa berikutnya," Jelas Pandjie.