JK Siapkan 15 Ribu Hektare Lahan Atasi Kelangkaan Garam
- VIVA/Fajar GM
VIVA.co.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan tak mudah untuk menyelesaikan persoalan kelangkaan garam yang terjadi di Indonesia. Selain menyiapkan penambahan lahan produksi garam, sisi bisnis pun harus diperhatikan.
Pada sisi ketersediaan lahan, JK mengatakan tidak mudah untuk mendapatkan lahan ideal saat ini. Mengingat, jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.
"Kalau lahan memang makin berkurang di Indonesia karena lahan tidak bisa ditambah. Baik di pantai banyak orang. Tapi produktivitas (garam) harus dinaikkan dua tiga kali," kata Jusuf Kalla di kediamannya, Jalan Haji Bau Makassar, Kamis, 10 Agustus 2017.
Ekstensifikasi lahan memang menjadi solusi pemerintah untuk mengatasi kelangkaan garam yang terjadi akhir-akhir ini. Harapannya, dengan ekstensifikasi lahan, maka produksi garam bisa ditingkatkan guna mengurangi impor garam yang mencapai 2 juta ton pada 2016.
Pemerintah menargetkan bisa membuka 15 ribu hektare lahan untuk peningkatan produksi garam. Adapun lahan yang dibidik berada di Nusa Tenggara Timur. Sejauh ini, lahan yang potensial baru di Teluk Kupang, NTT, seluas 5 ribu hektare dan di Kabupaten Nagekeo, NTT, 1.700 hektare.
"Kalau misalnya lahan bermasalah itu kan urusan pemda (pemerintah daerah) untuk menyelesaikannya," ujar JK.
Selain pada aspek penyediaan lahan, JK juga memandang penyelesaian persoalan garam harus memperhatikan sisi bisnis. Khususnya agar di tingkat penambak garam tidak merugi.
"Intinya kan tinggal bagi hasil. Yang kerja berapa dapatnya, yang punya lahan berapa dapatnya. Otomatis kemitraan dengan pemerintah. Ini juga kan bisnis, tidak butuh anggaran yang besar. Ini kan usaha. Investor bisa membiayai itu. Garam ini bisa menghasilkan dan menguntungkan, jangan lupa itu," ujarnya.
JK juga mengingatkan agar upaya penyelesaian kelangkaan garam tidak boleh banyak menggunakan anggaran yang besar, seperti proyek pembuatan jalan. Menarik investor, kata dia, dapat menjadi solusi.
"Bukan seperti proyek membuat jalan. Ini kan upaya bisnis tetapi harus dimasukkan tambahan teknologi yang bisa mempercepat Indonesia memperbaiki kualitas garamnya dan produktivitasnya. (Investor) di Kupang ada Australia tetapi belum beroperasi," kata dia.
"Kenapa para peneliti harus bekerja sama dengan bisnis karena bisnis yang menjual dan memasarkan lebih banyak. Kalau dibikin satu-satu itu mahal, makanya harus satu paket," JK menambahkan.