Warganet Gelontorkan Rp75 Triliun Setahun ke E-Commerce
- Chandra Gian Asmara/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Era revolusi digital yang juga disebut revolusi industri keempat berhasil menciptakan perusahaan start up berbasis digital. Saat ini, pertumbuhan start up digital di sektor perdagangan barang dan jasa, moda pembayaran, maupun pembiayaan meningkat pesat.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meyakini, digitalisasi ekonomi mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional senilai US$150 miliar pada 2025 mendatang. Bank sentral pun tak ragu menyebut digitalisasi ekonomi mampu menjadi sumber pertumbuhan di masa depan.
"Terkait e-commerce ini memang terjadi kebangkitan. Karena e-commerce membuat sistem perdagangan berubah," kata Agus dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu 9 Agustus 2017.
Berdasarkan data bank sentral, jumlah pengguna internet yang berbelanja online pada 2016 telah mencapai 24,74 juta orang. Bahkan dalam satu tahun terakhir, para pengguna internet telah menggelontorkan uangnya sebanyak US$5,6 miliar atau sekitar Rp75 triliun di berbagai e-commerce.
"Dengan kata lain, setiap pengguna e-commerce di Indonesia rata-rata membelanjakan Rp3 juta per tahun," katanya.
Meski demikian, potensi tersebut sejauh ini belum teroptimalisasi dengan baik. Hal tersebut mengingat penetrasi internet di Indonesia yang tergolong masih rendah, yakni sekitar 51,7 persen atau lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.
Persoalan utama yang menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan teknologi digital di Indonesia berasal dari kualitas layanan internet yang relatif masih tertinggal dibandingkan negara lain. Hambatan lain, adalah pengeluaran investasi di bidang teknologi informasi (TI) yang juga tertinggalÂ
"Apabila hambatan dalam pemanfaatan teknologi digital dapat diatasi, diperkirakan digitalisasi ekonomi mampu memberikan nilai tambah, dibarengi dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja mencapai hampir empat juta orang," kata Agus.