KEIN Ungkap Alasan Orang RI Tahan Uangnya di Dompet

Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta
Sumber :
  • Antara/ Ujang Zaelani

VIVA.co.id – Komite Ekonomi dan Industri Nasional mengungkap beberapa penyebab utama rendahnya daya beli masyarakat pada kuartal kedua tahun ini. Lesunya permintaan, tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator konsumsi yang mengalami kontraksi.

Analis Sebut Kenaikan PPN 12 Persen Tidak Berpengaruh Signifikan ke Pasar Modal Domestik

Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta mengungkapkan, belum menggeliatnya permintaan tergambar jelas dengan pertumbuhan kredit perbankan yang relatif stagnan. Ada beberapa alasan utama yang menyebabkan permintaan kredit bank masih lesu.

“Aturan relaksasi dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk restrukturisasi itu membuat sebagian perusahaan konsolidasi. Mereka tidak ingin ekspansi, tapi memperbaiki kinerja,” kata Arif, kepada VIVA.co.id, Kamis 3 Agustus 2017.

Kenaikan UMP 2025 Dinilai Bawa Dampak Positif, Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat

Berdasarkan data Bank Indonesia, penyaluran kredit perbankan pada Juni 2017 baru mencapai Rp4.518,1 triliun, atau tumbuh 7,6 persen. Capaian tersebut, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,6 persen secara year on year.

Meskipun permintaan kredit belum menggeliat, namun pertumbuhan dana pihak ketiga justru meningkat. Arif menilai, tumbuhnya pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan, menjadi indikasi kuat sebagian masyarakat mulai berhati-hati dalam menggelontorkan belanjanya.

Ekonom Ingatkan Dampak PPN Naik Jadi 12 Persen Turunkan Daya Beli Masyarakat

“Kemungkinan rumah tangga lebih mementingkan hal lain, dan kesiapan di kemudian hari. Mereka jauh lebih ingin saving daripada belanja,” katanya.

Persoalan lain, lanjutnya, adalah pendapatan riil masyarakat yang tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sementara di sisi lain, harga sejumlah komoditas strategis maupun harga yang diatur pemerintah atau administered prices menjadi beban tersendiri.

“Kalau kita lihat dari laporan keuangan emiten-emiten, terutama consumer goods, itu memang ada penurunan dari sisi volume maupun laba,” tuturnya.

Meski demikian, Arif masih meyakini konsumsi masyarakat akan tetap berada di angka 4,9-5 persen pada kuartal kedua tahun ini. Dalam beberapa hari ke depan, Badan Pusat Statistik akan segera mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua.

“Hitung-hitungan kami masih sama seperti kuartal sebelumnya. Secara agregat memang tidak ada yang berubah,” katanya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya