Lapangan Kerja Baru Solusi Cegah Merosotnya Daya Beli

Ilustrasi mencari pekerjaan.
Sumber :
  • bullseyerecruiting.net

VIVA.co.id – Sejumlah indikator daya beli dan pengeluaran masyarakat sepanjang kuartal II 2017, tercatat terus mengalami perlambatan. Bahkan, kondisi itu masih terus berlanjut hingga usai Lebaran dan Idul Fitri pada Juli 2017.

Kenaikan UMP 2025 Dinilai Bawa Dampak Positif, Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat

Hal itu pun terlihat dari survei konsumsi Bank Indonesia pada Juni 2017 dan survei konsumen Danareksa Research Institute Juli 2017, yang cenderung melemah karena konsumen khawatir kesediaan lapangan kerja saat ini maupun enam bulan ke depan.

Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI), Josua Pardede mengatakan, menurunnya konsumsi terlihat dari porsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi turun sejak Desember 2016 hingga Juni 2017. Sementara itu, pendapatan untuk tabungan cenderung meningkat.

Ekonom Ingatkan Dampak PPN Naik Jadi 12 Persen Turunkan Daya Beli Masyarakat

"Peningkatan tabungan tersebut dikonfirmasi dengan naiknya pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) pada Mei 2017 yang tercatat 11,18 persen, sedangkan permintaan kredit cenderung masih lambat menjadi 8,78 persen," jelas Josua kepada VIVA.co.id, Rabu 2 Agustus 2017.

Untuk itu, ia menilai, pelambatan daya beli kali ini lebih kepada masyarakat menunda melakukan konsumsi pada semester I. Selain itu, ada faktor kenaikan inflasi sejak awal tahun yang diikuti oleh tahun ajaran baru sekolah semakin menahan konsumsi. 

Daya Beli Masyarakat Turun? Begini Cara Agar Bisnis Tetap Bertahan dan Berkembang!

Dengan demikian, agar pelambatan daya beli ini bisa segera bisa diatasi, Josua memandang pemerintah perlu melakukan pengendalian inflasi, serta stabilisasi harga pangan menjadi kunci bagi seluruh indikator ekonomi lainnya di semester II ini. 

Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong peningkatan tenaga kerja di sektor formal, mengingat pendapatan riil yang menurun didorong oleh penambahan angkatan kerja di sektor informal lebih besar dibandingkan dengan sektor formal. 

"Pembukaan lapangan kerja dapat didorong dengan program padat karya sehingga konsumsi rumah tangga dapat meningkat. Lalu, pemerintah perlu pastikan serapan dan realisasi anggaran desa dan belanja sosial melalui penyaluran bantuan sosial non tunai yang tepat sasaran, sehingga menjaga daya beli masyarakat," ujarnya. (asp)

ilustrasi pajak

Analis Sebut Kenaikan PPN 12 Persen Tidak Berpengaruh Signifikan ke Pasar Modal Domestik

Analis menilai kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen tidak memberikan dampak signifikan terhadap kondisi pasar dalam negeri karena dua indikator utama makroekonomi stabil.

img_title
VIVA.co.id
9 Desember 2024