2-8-1990: Irak Serang Kuwait
- REUTERS/Alaa Al-Marjani
VIVA.co.id – Hari ini, 27 yang lalu pasukan Irak menyerang Kuwait, sebuah negara kecil namun kaya akan minyak. Serangan dilakukan sekitar pukul dua pagi waktu setempat.
Pasukan pertahanan Kuwait kewalahan. Mereka yang berhasil bertahan mundur ke wilayah Arab Saudi. Emir Kuwait, keluarganya, dan pemimpin pemerintahan lainnya juga melarikan diri ke Arab Saudi. Hanya beberapa jam setelah penyerangan Irak, negara kecil itu berhasil dikuasai dan Irak membentuk pemerintah provinsi. Keberhasilan Irak mencaplok Kuwait membuat negara tersebut menguasai 20 persen cadangan minyak dunia.
Hari itu juga, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengutuk serangan tersebut dan menuntut Irak segera menarik pasukannya dari Kuwait. Dewan Keamanan PBB juga bertindak cepat. Empat hari setelah pendudukan Irak atas Kuwait, yaitu pada 6 Agustus 1990, DK PBB memberlakukan larangan perdagangan di seluruh dunia terhadap Irak.
Diberitakan oleh History, Arab Saudi dan AS tak tinggal diam melihat aksi Irak. Tanggal 9 Agustus 1990, kedua negara membentuk koalisi dan memulai Operasi Gurun Pasir untuk membuat Irak hengkang dari Kuwait. Namun Saddam Hussein menambah kekuatan tentaranya hingga 300.000 personil. Tanggal 29 November 1990, DK PBB mengeluarkan resolusi yang mengizinkan penggunaan kekuatan untuk melawan Irak, jika negara tersebut menolak menarik diri hingga 15 Januari 1991. Hingga menjelang tenggat waktu, Irak menolak menarik pasukannya dari Kuwait, yang telah ia tetapkan sebagai salah satu provinsi Irak. Sementara itu, tentara sekutu, terutama Amerika Serikat, telah mengumpulkan 700.000 pasukan sambil menunggu tenggat waktu.
Pada 16 Januari 1991, tepat pukul 04.30 waktu setempat, Operasi Badai Gurun, sebuah operasi besar-besaran yang dipimpin AS untuk melawan Irak dimulai. Ditandai dengan terbangnya sebuah pesawat tempur pertama dari Arab Saudi dan kapal induk AS dan Inggris di Teluk Persia. Sepanjang malam, pesawat dari koalisi militer yang dipimpin AS terus menggebrak sasaran di dan sekitar Baghdad. Seluruh dunia menyaksikan kejadian tersebut melalui siaran televisi yang ditayangkan langsung melalui satelit dari Irak. Operasi Badai Gurun dilakukan oleh sebuah koalisi internasional di bawah komando tertinggi Jenderal AS Norman Schwarzkopf dan melibatkan pasukan dari 32 negara, termasuk Inggris, Mesir, Prancis, Arab Saudi, dan Kuwait.
Selama enam minggu ke depan, pasukan sekutu terlibat dalam perang udara intensif melawan infrastruktur militer dan sipil Irak dan mendapat sedikit perlawanan efektif dari angkatan udara atau pertahanan udara Irak. Pasukan darat Irak tidak berdaya selama tahap perang ini. Saddam Hussein lalu memunculkan serangan rudal SCUD terhadap Israel dan Arab Saudi. Saddam berharap bahwa serangan rudal tersebut akan memancing Israel untuk memasuki konflik, sehingga membubarkan dukungan Arab terhadap perang tersebut. Upayanya gagal, atas permintaan Amerika Serikat, bagaimanapun, Israel tetap berada di luar perang.
Pada tanggal 24 Februari, sebuah serangan besar koalisi dimulai. Angkatan bersenjata Irak yang ketinggalan jaman dan buruk memasok senjata dengan cepat kewalahan. Pada akhir hari, tentara Irak telah berhasil dilumpuhkan. Sekitar 10.000 tentaranya ditahan, dan sebuah pangkalan udara AS didirikan jauh di dalam Irak. Kurang dari empat hari, Kuwait dibebaskan, dan sebagian besar angkatan bersenjata Irak menyerah, mundur ke Irak, atau hancur.
Pada 28 Februari, Presiden A.S. George Bush mengumumkan sebuah gencatan senjata, dan pada 3 April Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 687, menentukan kondisi untuk berakhirnya konflik formal. Menurut resolusi tersebut, gencatan senjata Bush akan resmi, beberapa sanksi akan dicabut, namun pelarangan penjualan minyak Irak akan berlanjut sampai Irak menghancurkan senjata pemusnah massal di bawah pengawasan PBB.
Pada 6 April, Irak menerima resolusi tersebut, dan pada 11 April Dewan Keamanan mengumumkannya. Selama dekade berikutnya, Saddam Hussein sering melanggar persyaratan perjanjian damai, yang mendorong serangan udara sekutu dan terus melanjutkan sanksi PBB.
Dalam Perang Teluk Persia, 148 tentara Amerika terbunuh dan 457 lainnya cedera. Negara-negara sekutu lainnya menderita sekitar 100 kematian yang digabungkan selama Operasi Badai Gurun. Tidak ada angka resmi untuk jumlah korban Irak, namun diyakini bahwa setidaknya 25.000 tentara terbunuh dan lebih dari 75.000 lainnya cedera. Perang ini menjadi salah satu konflik militer paling berat sebelah dalam sejarah.
Diperkirakan 100.000 warga sipil Irak meninggal karena luka atau kekurangan pasokan air, makanan, dan obat-obatan yang secara langsung terkait dengan Perang Teluk Persia. Pada tahun-tahun berikutnya, lebih dari satu juta warga sipil Irak akhirnya meninggal akibat sanksi PBB berikutnya.