Garam Mahal, Pedagang Es Puter Alih Profesi
- ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
VIVA.co.id – Melonjaknya harga garam ternyata berdampak pula pada produsen es puter dan es krim tradisional. Kondisi tersebut terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Para produsen es puter memilih untuk menghentikan produksi, karena tidak mungkin menaikkan harga jual produksinya. Di sisi lain, para penjual es puter yang biasa berkeliling di kampung-kampung memilih ganti profesi untuk mempertahankan hidup.
Salah satu produsen es puter, Ogi Giyono, warga Ngawen, Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menuturkan, kenaikan harga garam telah menyebabkan usahanya berhenti.
Menurut dia, jika sebelumnya untuk membuat satu tabung es krim hanya memerlukan garam seharga Rp7.000 hingga Rp10 ribu kini melonjak hingga Rp50 ribu.
“Akibat selanjutnya, harga es krim menjadi sangat mahal. Tapi, kalau menaikkan harga jual, siapa mau beli?" katanya, Jumat 28 Juli 2018.
Ia mengatakan, tingginya harga garam ini telah dirasakan sejak sebelum Ramadan. Sebagian produsen pun sudah menghentikan produksinya, karena kenaikan harga garam.
“Sekarang apa lagi, tidak mungkin produksi. Kalau pun ada, hanya untuk memenuhi kebutuhan pesanan katering yang sudah langganan,” katanya.
Sementara itu, para penjual es krim yang selama ini berkeliling kampung, menurut Ogi, banyak yang sudah alih profesi.