Harga Tinggi, Rasa Garam Terasa Hambar di Tingkat Petani
- Veros Afif/tvOne
VIVA.co.id – Garam lazimnya berasa asin. Namun, bagi para petani garam di dua desa di Kabupaten Sumenep, Madura, yakni Desa Pinggirpapas dan Desa Karang Anyar, serbuk putik itu terasa hambar dan berbeda untuk saat ini.
Sebab, kenaikan harga garam saat ini, tidak bisa dirasakan maksimal, karena memang produksinya minim. Para petani tidak sepenuh hati memproduksi garam.
Kenaikan harga garam di tingkatan petani, mengalami kenaikan yang signifikan saat ini. Harga eceran tertinggi garam rakyat mencapai Rp3,5 juta rupiah per tonasenya. Naik tiga sampai enam kali lipat dari musim panen 2015 lalu. Kala itu, harga garam per tonasenya hanya mencapai Rp400-500 ribu rupiah.
Menurut, salah satu petani garam, Adi Pranoto, kenaikan harga garam terjadi karena minimnya para petani untuk melakukan produksi garam. Petani khawatir akan buruknya cuaca.
Seperti 2016, hampir semua petani garam mengalami gagal panen, karena cuaca buruk, atau yang disebut dengan kemarau basah. Menurutnya, pengolahan air laut menjadi garam sangat mengandalkan faktor cuaca.
"Para petani merasa cemas untuk melakukan produksi secara konvensional ", jelas Adi Pranoto, Rabu 26 juli 2017.
Menanggapi kondisi tersebut, Wakil Bupati Sumenep Achmad fauzi, mengaku sangat senang dengan fantastisnya harga garam saat ini. Namun, ia berharap, para petani garam untuk tetap tekun dan bersabar, serta berdoa agar cuaca pada musim garam 2017 ini bersahabat.
"Kabupaten Sumenep merupakan daerah terbesar penghasil garam di Pulau Madura, sehingga saya berharap dan mendoakan agar cuaca dapat bersahabat, sehingga produksi garam dapat maksimal,dan para petani garam semakin sejahtera," harap Achmad Fauzi.
Laporan : Veros Afif