CEO Telegram Minta Maaf
- Facebook/Pavel Durov
VIVA.co.id – Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara mengaku telah menerima permintaan maaf dari CEO Telegram, Pavel Durov.
Menurutnya, pendiri layanan chatting asal Rusia itu selama ini tidak mengetahui bahwa pemerintah Indonesia sudah mengontaknya sejak 2016 lalu.
“Dia (Durov) sudah minta maaf ke kita. Karena tidak tahu kalau kita sudah menghubungi mereka sejak tahun lalu dan mengusulkan beberapa perbaikan proses penanganan konten-konten negatif seperti radikalisme dan terorisme,” kata dia kepada VIVA.co.id, Minggu, 16 Juli 2017.
Rudiantara pun mengapresiasi respons yang disampaikan Durov, pihaknya akan menindaklanjuti secepatnya dari sisi teknis yang lebih detail agar standard operational procedure (SOP) bisa segera diimplementasikan.
Namun, Chief RA, sapaan Rudiantara, masih belum menegaskan apakah implementasi SOP ini membuka blokir Telegram atau tidak.
Sebelumnya, Koordinator SAFEnet, Damar Juniarto, dalam akun Twitter @DamarJuniarto, yang mengatakan bahwa pemerintah segera memproses normalisasi pemblokiran platform chatting tersebut.
"Barusan Dirjen Aptika (Semuel Abrijani Pangerapan) @Kemkominfo japri saya. Silakan dibaca: "@telegram segera diproses normalisasi", demikian cuitan Damar.
Durov sendiri dalam channel resminya di Telegram menegaskan jika platform-nya bukan teman teroris. Ia berjanji akan bekerjasama dengan Kominfo untuk memberantas konten terorisme di platform-nya tanpa harus menghilangkan hak jutaan pengguna Telegram di Tanah Air.