Cara Atur Keuangan yang Wajib Diketahui Perantau
- http://chrisveto.com
VIVA.co.id – Mengadu nasib di luar kota dan berada sangat jauh dengan tempat asal bukanlah perkara yang mudah. Kehidupan yang identik dengan kebebasan juga dirasakan ketika berada di tanah perantauan.
Apa-apa dilakukan sendiri, cuci baju dan masak sendiri. Pengeluaran yang harus disiapkan juga ganda. Pertama, pengeluaran untuk diri sendiri. Dan yang kedua, pengeluaran untuk kiriman kepada orang tua.
Keadaan di perantauan memang berada pada putaran 180 derajat jika dibandingkan saat tinggal bersama dengan orang tua. Namun hal inilah yang membuat kita menjadi pribadi yang lebih mandiri, termasuk dalam mengelola penghasilan per bulan.
Banyak anak rantau yang sukses dari penghasilan yang ditabung per bulan, namun banyak pula anak yang sudah bekerja tetapi masih meminta uang dari orang tuanya.
Apakah hal ini wajar? Tentu saja tidak. Harusnya dengan bekerja, kita sudah bisa memenuhi kebutuhan pribadi dan sisanya untuk ditabung. Agar penghasilan anak perantauan tidak kandas di akhir atau bahkan saat pertengahan bulan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Apa saja itu? Simak enam tips jitu di bawah ini, seperti dikutip dari laman Cermati.com pada Jumat 14 Juli 2017.
1. Membuat daftar kebutuhan per bulan
Membuat daftar kebutuhan per bulan terbukti ampuh dalam mengatur keuangan. Buatlah daftar kebutuhan pokok seperti makan, papan, sandang, biaya transportasi, dan biaya untuk membayar internet untuk mempermudah pekerjaan.
Kelima kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan wajib yang harus dipenuhi setiap bulannya. Untuk keinginan seperti nongkrong, karaoke, atau makan di restoran mahal sebaiknya disingkirkan terlebih dahulu.
Membangun pola hidup hemat bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi jika Anda termasuk orang yang dulunya sangat boros. Namun, ubahlah sifat itu sedikit demi sedikit dan jadilah anak rantau yang hemat.
2. Mengatur pos-pos biaya
Sesudah membuat daftar kebutuhan, Anda perlu mengatur berapa persen biaya kebutuhan makan, papan, sandang, dan kebutuhan lainnya. Dengan membuat pos-pos biaya, Anda semakin mudah mengetahui berapa gaji yang tersisa setiap bulan. Sisa dari gaji itu bisa untuk ditabung dan dikirimkan kepada orang tua.
3. Belajar memasak
Kebiasaan makan terbang terbukti menghabiskan penghasilan dalam waktu yang sangat singkat. Namun, banyak anak indekos yang lebih memilih makan terbang ketimbang memasak sendiri. Alasannya karena lebih cepat dan lebih praktis.
Bagi Anda yang memiliki jadwal kerja yang padat memang sangat terbantu dengan adanya warung makan yang menawarkan makanan jadi, murah, dan enak pula. Namun, tidak ada salahnya untuk mulai belajar memasak dari sekarang.
Semurah-murahnya makanan yang dibeli di warung, memasak sendiri jauh lebih sehat karena Anda mengetahui bahan makanan apa saja yang dicampurkan ke dalam makanan tersebut.
4. Mencari kontrakan murah
Pergi merantau ke kota orang membuat kita harus mencari tempat untuk tinggal. Lumayan kalau Anda memiliki sanak saudara di kota tersebut, sehingga jumlah pengeluaran bisa diminimalkan.
Namun, bagaimana kalau tidak ada keluarga? Sudah pasti Anda harus mencari indekos atau rumah yang dikontrakkan. Biaya mengontrak rumah tidaklah murah, apalagi jika lokasinya berada di jantung kota.
Untuk itu, Anda harus jeli saat mencari kontrakan. Carilah kontrakan yang dekat dengan lokasi kerja agar bisa menekan biaya transportasi. Cara lain adalah mencari mitra kerja yang sama-sama anak rantau agar biaya kontrakan bisa dibagi dua.
5. Menyimpan uang receh
Banyak orang menyepelekan uang receh. Sadar atau tidak, uang receh memiliki manfaat yang sama dengan uang kertas. Malah uang receh sangat diperlukan untuk membayar biaya fotokopi atau membayar uang parkir.
Untuk itu, jika suatu saat Anda menerima uang kembalian dalam bentuk uang receh, sebaiknya simpanlah uang tersebut. Perlu diingat “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”. Semakin rajin Anda menyimpan uang receh, semakin banyak pula jumlahnya di kemudian hari.
6. Batasi jadwal pulang kampung
Rindu dengan kampung halaman terkadang membuat anak rantau ingin pulang kampung. Kalau sesekali hal ini wajar saja, namun tidak wajar kalau terlalu sering. Anda pasti sudah tahu kalau biaya untuk pulang kampung tidaklah sedikit.
Selain ongkos perjalanan, Anda juga perlu menyiapkan oleh-oleh untuk sanak saudara. Maka dari itu, batasi jadwal pulang kampung, misalnya sekali setahun atau dua kali setahun.