Manfaat GWM Averaging bagi Bank-bank Kecil
VIVA.co.id – Penerapan aturan Giro Wajib Minimum Primer Averaging dianggap akan berdampak positif bagi bank yang memiliki aset minim atau memiliki jumlah likuiditas yang relatif terbatas.
Ekonom PT Bank Permata, Josua Pardede, mengungkapkan, penerapan GWM Averaging bagi bank kecil secara tidak langsung akan mengurangi temporary liquidity shock, serta menunda transaksi pinjam dari pemenuhan GWM. Apabila bank memiliki likuiditas lebih, maka bank dapat memanfaatkan perkiraan kebutuhan likuiditas di hari lainnya.
“Meskipun dampaknya diperkirakan marginal, namun GWM rata-rata yang utama adalah memberikan fleksibilitas perbankan mengelola likuiditas yang pada akhirnya mendorong efisiensi perbankan,” kata Josua di Jakarta, Kamis 6 Juli 2017.
Sementara manfaat bagi bank besar, implementasi GWM Averaging akan membuka gap penempatan ke tenor yang lebih lama, guna meningkatkan efisiensi pengelolaan likuiditas dan enchance return. Selain itu, GWM Averaging pun dapat meredam gejolak likuiditas dan ketidakpastian timing dan besaran aliran dana nasabah.
Sejauh ini, lanjut Josua, kondisi likuiditas perbankan semakin terkelola dengan baik, seiring dengan rasio dana pihak ketiga pada bulan Mei yang mencapai 21,7 persen. Dengan mengimplementasikan GWM Averaging, diharapkan bank semakin mampu mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan dalam penyaluran kredit.
Sementara itu, Ekonom PT Bank Central Asia, David Sumual, berharap, implementasi GWM Averaging mampu memberikan dampak positif bagi bank besar, menengah, dan kecil. Meski begitu, menurutnya, perlu ada kelonggaran GWM Primer lantaran GWM Averaging hanya sebatas membantu pengelolaan likuiditas semata.
“Mungkin bisa dengan porsi GWM-nya diturunkan sedikit untuk release liquidity,” ujarnya. (one)