Ketika Angklung Mempesona Warga Italia

Angklung di Fakultas Teknik Universitas Tor Vergata Roma.
Sumber :
  • dok.KBRI ROMA

VIVA.co.id – Aula Gedung Fakultas Teknik Universitas Tor Vergata Roma, Senin waktu setempat, 5 Juni 2017, riuh dengan suara angklung. Mahasiswa, dosen dan para undangan yang hadir di ruangan sibuk menggoyang-goyangkan alat musik dari bambu tersebut, mengikuti panduan notasi tangan dari seorang perempuan Indonesia yang mengenakan kebaya dipadukan kain batik.

Pemandangan ini menjadi bagian dari Festival del Turismo Sostenibile, atau Festival Pariwisata Berkelanjutan yang diselenggarakan Fakultas Teknik Universitas Tor Vergata Roma. Dalam kesempatan tersebut, alat musik asli Indonesia yang telah dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh UNESCO pada 2010 ini dipertunjukkan secara apik oleh kelompok angklung 'La Campania' dari KBRI Roma, pimpinan Junita Artati Alwi.

"Lagu Kambanglah Bungo, Que Sera Sera hingga O Sole Mio dibawakan secara rancak hingga membuat meriah suasana," ujar Junita Artati Alwi seperti di dalam rilis dari KBRI Roma, Italia kepada VIVA.co.id, Rabu 7 Juni 2017.

Kelompok angklung beranggotakan para warga dan diaspora Indonesia perempuan yang ada di Roma ini, sesungguhnya masih baru terbentuk. Meski demikian, kepiawaian dalam membawakan lagu-lagu populer dengan angklung berhasil memeriahkan suasana malam itu.

"Permainan angklung secara interaktif mampu membuat hadirin tertarik untuk mengenal alat musik ini lebih mendalam. Mereka sangat terkesan, terlebih saat memperoleh kesempatan belajar memainkan angklung bersama pada lagu O Sole Mio," sambung Junita.

Bahkan, selepas pertunjukan, berbagai tawaran bermain angklung dalam kesempatan lainnya diajukan pada KBRI Roma.

Sementara itu, Counsellor Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Roma, Charles F. Hutapea mengatakan universitas yang dinobatkan sebagai salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Roma ini secara khusus meminta KBRI Roma untuk menampilkan seni budaya tradisi Indonesia. Angklung pun dipilih karena alat musik ini dibuat dari material alami dengan proses yang ramah lingkungan, sejalan dengan konsep promosi pariwisata berkelanjutan.

"Selain angklung, KBRI Roma juga mempersembahkan pertunjukan Tari Pendet dari Bali yang dibawakan dengan gemulai oleh mahasiswa Indonesia di Roma. Kostum tari yang unik, eksotisme gerak tarian serta musik gamelan memukau para undangan. Hadirin juga disuguhkan kudapan khas Indonesia serta tayangan video promosi keindahan alam dan kekayaan budaya Indonesia," ujar Charles F. Hutapea.

Google Doodle Rayakan Hari Angklung Sedunia 16 November

Lalu, Guru besar Fakultas Teknik Universitas Tor Vergata, Prof. Angelaccio, menyatakan kekagumannya terhadap seni budaya Indonesia. Menurut Angelaccio, keragaman budaya tradisi yang dilestarikan secara turun temurun menjadi kekuatan tersendiri dalam mempromosikan sektor pariwisata Indonesia.

Konser seni budaya Indonesia ini didahului penampilan musik barok Eropa khas abad ke-17, oleh Luigi Tufano Cs yang tampil menawan dengan permainan harpsichord, flute, dan violincelo. Kelestarian musikal dan instrumen periode renaissance terekam baik dalam komposisi dari Girolamo Frescobaldi, Joseph Bodin de Boismortier dan Leonardo Vinci. Musik barok yang menjadi cikal bakal instrumen klasik ini menjadi simbol pariwisata berkelanjutan.

The Most Famous Traditional Sundanese Musical Instruments
The Largest Angklung Ensemble

Indonesia Breaks World Record for the Largest Angklung Performance

Indonesia successfully broke record for the largest Angklung musical performance of Guinness World Record that involved 15,110 participants.

img_title
VIVA.co.id
7 Agustus 2023