Jelang Ramadan, Indonesia Kebanjiran Kurma

Ilustrasi kurma.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dyah Ayu Pitaloka/Dok.UMM

VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik melaporkan, aktivitas impor non migas Indonesia menjelang Ramadan melonjak. Konsumsi masyarakat yang terus naik, menjadi salah satu alasan yang menyebabkan nilai impor barang makanan ke Indonesia pada April 2017 meningkat.

Bursa Asia Kokoh Terkerek Penguatan Wall Street, Investor Pantau Laporan Perdagangan China dan India

Kepala BPS, Suhariyanto, mengungkapkan, impor konsumsi pada April 2017 tercatat sebesar US$1,1 miliar. Apabila dibandingkan secara month to month, tercatat minus 17,73 persen. Namun, jika dibandingkan secara year on year, terjadi kenaikan yang cukup signifikan hingga mencapai 25,95 persen.

“Penyumbang impor konsumsi 8,97 persen. Selama April, kenaikan impor dipengaruhi kurma yang naik 49,3 persen. Persiapan untuk puasa,” kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin 15 Mei 2017.

Bursa Asia Loyo Sejalan Penurunan Indeks Saham Utama di Wall Street

Kecuk menjelaskan, impor kurma tersebut berasal dari Tunisia. Berdasarkan data otoritas statistik, impor kurma Tunisia pada April 2017 mencapai 262 ribu ton, dengan total nilai impor mencapai US$9,47 juta. Secara kumulatif sepanjang Januari-April, total impor kurma mencapai 2 juta ton, dengan nilai impor mencapai US$34,8 juta.

Selain Tunisia, Indonesia juga mengimpor kurma dari Mesir sebanyak 318 ribu ton, dengan total nilai impor US$3,1 juta. Selain itu, Indonesia mengeksekusi impor dari negara-negara kawasan Timur Tengah, seperti United Arab Emirates, Amerika Serikat, Iran, dan negara-negara lainnya.

Ekspor RI Juli 2024 Naik 6,55% ke US$22,21 Miliar, Ditopang Sektor Non Migas

Selain kurma, otoritas statistik pun mencatat, ada penurunan impor cabai kering sebesar 35 persen, dari negara pengimpor utama cabai keriting, India. Tak hanya itu, impor daging pada April dari Australia pun tercatat menurun. (art)

Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024