Alasan Line Kembangkan Robot untuk E-Commerce
- Viva.co.id/Amal Nur Ngazis
VIVA.co.id – Aplikasi messaging belakangan mulai masuk dalam industri e-commerce yang sedang bertumbuh di Indonesia. Pengelolaan e-commerce dirasakan masih membutuhkan biaya yang besar, untuk itu dibutuhkan inovasi teknologi agar pengelolaan industri baru itu bisa lebih efisien.
Salah satu aplikasi messaging yang terjun meramaikan industri e-commerce yakni Line. Managing Director Line Indonesia. Ongki Kurniawan menjelaskan, perusahaannya masuk ke industri ini lantaran melihat potensi di masa depan.
Menurut data yang dikelola Line, industri e-commerce di Tanah Air berpotensi tumbuh 27 kali lipat dalam beberapa ke depan. Untuk itu, Line mewarnainya dengan inovasi chatbot.
Chatbot dalam hal ini sebuah inovasi kecerdasan buatan berupa 'robot' sistem virtual yang hadir di aplikasi Line.
Menurut Ongki, saat ini chatbot sedang menjadi tren dan membantu pengguna internet termasuk pengguna Line untuk bisa terhubung dengan informasi layanan e-commerce secara mudah.
Fungsi lainnya, kata dia, chatbot membantu keputusan pembelian. Pada platform Line, chatbot dimasukkan dalam fitur Line Shopping.
"Menurut riset McKinsey, chatbot itu membuat respons (pengguna) lebih cepat, dan itu sampai mau bayar 25 persen lebih tinggi," ujar Ongki, dalam Selular Congress 2017 di Balai Kartini, Jakarta, Senin 15 Mei 2017.
Mantan petinggi XL Axiata itu mengungkapkan keberadaan chatbot lebih efisien dan maksimal melayani pengguna. Dia memaparkan, chatbot bisa melayani 1.000 pelanggan dalam 4 menit, sangat efisien dibanding perusahaan menggunakan jasa agen.
Ongki menuturkan, untuk satu agen, setidaknya perlu 7 menit untuk melayani satu pelanggan. "Dari itu, maka butuh chatbot untuk meningkatkan skala industri," tuturnya.
Menariknya lagi, Ongki mengatakan, untuk mengembangkan chatbot, Line perlu usaha keras bersama mitranya. Chatbot untuk bahasa Indonesia ternyata lebih kompleks dibanding pengembangan chatbot dalam bahasa Inggris.
"Chatbot bahasa Indonesia itu cukup rumit, ada banyak variasi untuk bahasa," ungkap Ongki. (art)