Wawancara Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose

Ekspansi Pasar Terhambat Regulasi

Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – PT Pindad terus berinovasi dan menggenjot produk andalannya untuk memperluas ekspansi bisnis pertahanan. Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose mengatakan, target capaian Pindad pada 2017 hingga Rp3,9 triliun. Dengan target yang cukup besar tersebut, perusahaan yang ia pimpin terus meningkatkan kualitas dan kemampuan produksi, terutama untuk produk andalan yang diminati konsumen.

Pria kelahiran Gorontalo, 27 Juli 1961 ini menuturkan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Pindad akan melebarkan sayap bisnisnya ke luar negeri. Menurut dia, permintaan asing terhadap senjata dan kendaraan buatan Pindad terus meningkat. Selain alat utama sistem persenjataan (alutsista), Pindad juga memproduksi non-alutsista seperti eskavator, traktor, dan sejumlah produk nonalutsista lain.     

Kepada VIVA.co.id, mantan dirut LEN ini mengatakan, sebagian besar produk Pindad digunakan oleh TNI. Menurut dia, sekitar 70 persen produk Pindad untuk memenuhi kebutuhan TNI. Sementara itu, sisanya merupakan pesanan asing atau untuk kebutuhan ekspor.

Namun, lulusan Magister Manajemen Universitas Padjadjaran, Bandung, ini mengaku masih mengalami sejumlah kendala terkait ekspansi bisnis. Salah satunya karena tidak adanya industri hulu. Juga regulasi yang dinilai masih menghambat ekspansi bisnis perusahaan ini ke luar negeri.

Untuk memperdalam kiprah Pindad itu, VIVA.co.id berkesempatan mewawancarai Abraham Mose. Wawancara dilakukan di ruang kerja pria jebolan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin, Makassar ini di kompleks Pindad, Bandung. Berikut petikannya:

Sejak Agustus 2016 Anda ditunjuk menjadi dirut Pindad. Apa pendapat Anda dengan perusahaan ini?

Menurut saya potensi Pindad sangat besar. 

Maksudnya?

Kalau kita bicara industri pertahanan, apakah senjata, pistol, amunisi, sampai ke produk-produk industrial dan kemampuan sumber daya manusia serta kemampuan mesin yang dimiliki Pindad itu sangat mumpuni. 

Terkait alutsista, apa saja yang sudah dihasilkan?

Saya masuk Pindad, sudah ada tujuh varian produk senjata yang dihasilkan, mulai dari pistol, G2 combat. Kemudian submesin gun, SS2 V7 juga ada sniper. Menurut saya ini produk-produk unggulan Pindad dan permintaan sudah cukup banyak.

Permintaan?

Iya. Permintaan bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.

Apakah ada produk baru?

Tahun ini kami akan launching produk yang sudah cukup lama. Dari tahun kemarin kami lakukan penelitian dan pengembangan yaitu senapan serbu bawah air dan Dopper untuk latihan. Selain itu untuk program nasional kita sebut saja medium tank.

Medium tank?

Maung Pindad jadi Mobil Dinas Menteri jadi Bukti Keberpihakan Prabowo pada Produk Lokal

Iya. Dan ini yang pertama sekali, Indonesia membuat tank yang utuh dan itu dilakukan di Pindad. 

Kapan akan diluncurkan?

Erick Thohir Dukung Kendaraan Dinas Menteri Pakai Maung Pindad

Rencananya akan kami tampilkan pada acara parade 5 Oktober nanti HUT TNI. 

Selain itu?

Kemenkeu Klarifikasi Pernyataan Wamenkeu soal Maung Jadi Mobil Dinas, Terus Gimana?

Kami juga punya produk baru anti ranjau yang disebut sanca. Itu hasil kerja sama dengan luar negeri. Kemudian kami juga punya satu produk unggulan yang kami sebut tank boat. Tank boat ini bisa kami pakai untuk menjaga perairan-perairan atau sungai di Indonesia.

Apa kelebihan tank boat ini?

Dia bisa bermanuver di kedalaman 90 sentimeter dan kami lengkapi dengan senjata.

Selain medium tank dan tank boat? 

Kami sudah punya Badak, kami punya Ampibius Anoa yang kemarin dalam rapim TNI, Bapak Presiden menyempatkan naik bersama panglima TNI.

Medium tank, Anoa dan kendaraan taktis lainnya semuanya hasil karya anak bangsa?

Iya, hasil karya anak bangsa, termasuk Komodo juga.

Tidak ada yang kerja sama dengan luar negeri?

Awalnya ada beberapa yang kerja sama dengan luar negeri, tetapi sekarang kami sudah bisa membuat sendiri.

Abraham Mose

Produk Pindad hanya untuk konsumsi dalam negeri atau untuk ekspor juga?

Saat ini kami persiapkan minimum essential force yang diperlukan dalam negeri. Tetapi bukan berarti kami menutup dari permintaan-permintaan luar negeri atau ekspor ke negara lain. 

Selanjutnya, produk yang diekspor hingga inovasi

Artinya ada yang diekspor?

Ada. Misalnya permintaan Anoa Gurun dari salah satu negara di Timur Tengah yang sekarang masih dalam tahap negosiasi. Begitu juga dengan amunisi, dengan senjata kami masih dalam tahapan-tahapan negosiasi.

Berapa persen produk Pindad yang diekspor?

Posisi sekarang masih 80-20 persen. Tetapi tahun ini meningkat menjadi 70-30 persen. 70 persen untuk kebutuhan dalam negeri, 30 persennya kami coba ekspor.

Diekspor ke negara mana saja?

Kalau bicara militer kami tidak bisa buka-bukaan semuanya. Karena agak sensitif kalau negara-negara itu kami sebut.

Produk apa saja yang diekspor?

Amunisi, kemudian senjata, pistol, dan bom, termasuk panser.

Pemerintah meminta Pindad untuk melakukan inovasi. Tanggapan Anda?

Arahan Bapak Wapres waktu saya diundang, beliau memang meminta agar kami melakukan ekspansi bisnis.

Lalu, apa tindak lanjut dari arahan Wapres?

Melakukan joint operation. Sudah beberapa penawaran, bahkan sudah ada beberapa agreement partnership yang sudah kami teken, dan sekarang masuk ke dalam tahapan implementation agreement, untuk membuat amunisi kaliber 556 dan kaliber 762 MM, MKB mulai dari 20, 30, 105, 155. Selain itu, akan ada investor untuk ikut membangun fasilitas produksi amunisi kaliber kecil kami dan amunisi kaliber besar. 

Apakah kerja sama dengan luar negeri dibolehkan?

Di Undang Undang Industri Pertahanan, kami belum boleh melakukan joint venture. Tetapi kalau joint marketing, joint production itu bisa. Ini salah satu strategi kami untuk melakukan strategic partnership guna mengimplementasikan arahan dari Bapak Presiden dan Bapak Wapres untuk menjual produk-produk pertahanan yang diproduksi PT Pindad.

Negara atau lembaga apa saja yang menjalin kerja sama dengan Pindad?

Selama ini kami masih G to G ya, tidak antarlembaga. Jadi kerja sama negara, semuanya negara.

Kerja sama dengan Tata Motors termasuk G to G?

Tata Motors itu bermula pada kunjungan Bapak Presiden ke India beberapa waktu lalu, ini kami follow up. Kebetulan saya ikut dalam rombongan tersebut, bagaimana kami bisa menjalin kerja sama dengan India. Nah, PT Pindad bekerja sama dengan Tata Motors, ada dua hal yang kami bahas dan lakukan penandatanganan MoU bersama mereka, salah satunya adalah kendaraan komersial dan kendaraan militer. 

Kendaraan komersial?

Kendaraan komersial menarik bagi Pindad, karena ternyata sasisnya sama. Mau dipakai di militer, mau dipakai di komersial itu sama, sehingga kami bisa melakukan efisiensi di sisi waktu dan harga. Di komersial kami akan coba masuk di kendaraan truk pengangkut personel. Kemudian kami akan masuk di kendaraan water cannon dengan menggunakan teknologi dari mereka. Jadi itu G to G, hanya saja implementasinya antara PT Pindad dan Tata Motors.

 

Selain India apakah ada kerja sama dengan negara lain?

Ada kerja sama pengembangan dan ada kerja sama penjualan. Selain dengan India ada juga dengan beberapa negara Timur Tengah. Kemudian negara-negara Asia yang sudah berjalan. Bahkan, ada sejumlah negara baru yang mencoba bekerja sama penjualan, kerja sama produksi, bahkan ikut investasi.

Selain alutsista, Pindad juga memproduksi nonalutsista, bagaimana perkembangannya?

Pindad ini ada dua direktorat, satu Direktorat Bisnis Militer dan Direktorat Industrial. Bisnis di industrial itu ada cor dan tempa untuk peralatan-peralatan rel kereta api, kemudian untuk divisi Marine di pelabuhan atau kapal kami buat crane, dan alat support kapal lainnya. Kemudian ada bahan peledak juga, tetapi untuk komersial yang kami jual untuk digunakan di lahan tambang, kemudian ada alat berat, eskavator. Kami juga memproduksi alat-alat pertanian juga. Itu semua yang non-military.

Apakah itu semua juga diekspor?

Itu semuanya sekarang masih untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Mulai dari eskavator, traktor, traktor tangan. Kemudian marine itu banyak sekali galangan-galangan kapal yang bekerja sama dengan Pindad. Kereta api yang breaking system itu dari Pindad. 

Saat ini lebih banyak mana, yang produk militer atau nonmiliter?

Kalau sekarang masih 70 persen military, 30 persen yang industrial. Tetapi ke depan visi kami adalah melakukan juga penajaman di sisi industrial. 

Kenapa?

Karena yang diukur dalam pendapatan di BUMN itu kan minimum pertumbuhan pendapatan 12 persen. Jadi kami memang harus naik pendapatan per tahunnya. Nah, itu dari sisi mana? Sisi military dan maupun dari sisi industrial pastinya. Sehingga tagline Pindad ke depan bagaimana kami bicara membangun incorporated yang unggul. Itu kami sudah bicara Pindad baik dari segi produksi industrial maupun military.

Selanjutnya, soal industri pertahanan hingga kendala ekspansi

Sejumlah kalangan mengatakan industri pertahanan kita telat. Tanggapan Anda? 

Industri pertahanan tidak bisa berbuat banyak kalau kita tidak didukung dengan industri hulu. Bagaimana mengubah raw material itu menjadi komponen jadi yang siap mendukung industri, misalnya pelat baja, pelat besi, kemudian bahan pendukung pembuat amunisi, itu kan semuanya kita masih impor.

Ini yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh pemerintah, yakni kebijakan untuk membangun industri hulu di Indonesia. Sehingga komponen-komponen siap pakai untuk mendukung industri itu bisa dipakai atau gunakan sendiri, sehingga tidak perlu impor. 

Kenapa?

Kalau kami impor, butuh waktu sekitar enam bulan sampai delapan bulan. Kalau kontrak kami cuma satu tahun, kami cuma mempunyai waktu untuk kerja itu cuma dua bulan. Jadi bagaimana bisa memenuhi kontrak dalam setahun? Solusinya apa kalau kita tidak punya industri hulu? Artinya kita harus membuat kontrak multiyears, dua tahun atau tiga tahun. Dan kontrak multiyears juga harus membutuhkan jaminan dari pemerintah untuk membeli produk kami.

Solusinya?

Ada yang namanya Komite Kebijakan Industri Pertahanan yang sudah sangat jelas kebijakannya. Pertama kalau produk-produk itu belum sanggup dibuat di dalam negeri, atau menjadi sangat urgent untuk diadakan di dalam negeri, maka tentunya itu pembelian dari luar. Tapi kalau sudah sanggup diproduksi dari dalam negeri, wajib menggunakan produk dalam negeri. 

Bagaimana kalau belum sanggup diproduksi di dalam negeri?

Joint operation atau apa pun bentuk kerja samanya harus ada transfer knowledge agar industri dalam negeri bisa memproduksi peralatan sendiri. 

Selain tidak adanya industri hulu apa lagi yang menjadi kendala?

Kalau bicara kemandirian kita harus berbicara sumber daya. Sumber daya manusia, dan sumber daya ketersediaan infrastruktur kita sudah punya. Kemampuan SDM, engineering kita sudah tidak diragukan lagi. Sekolahnya juga banyak lulusan dari luar. Sudah terbukti kita bisa membuat pistol yang 11 kali juara dunia, bisa bikin Panser, bikin Panser Ampibius.

Tetapi sekarang bagaimana kita bisa menjual produk-produk ini. Selama undang-undang industri pertahanan kita masih sangat rigit, tidak memperbolehkan kita melakukan join venture dengan negara-negara lain akan sulit. 

Artinya selama ini ekspansi pasar terkendala regulasi?

Ya. Salah satunya adalah regulasi itu, undang-undang industri pertahanan. 

Selain regulasi, apa lagi yang jadi kendala Pindad dalam melakukan ekspansi pasar?

Kita tidak memiliki industri hulu. 

Apakah ada target pendapatan?

Kebijakan Kementerian BUMN kami harus tumbuh minimum pendapatan di atas 12 persen tahun ini. 

Bagaimana cara Anda mencapai target itu?

Kalau kami terlalu mengandalkan industri pertahanan tentunya ada keterbatasan untuk mencapainya. Sayang dengan mesin yang ada, kemampuan sumber daya manusia yang kami punya, kalau terjadi idol capacity. Sehingga kami buat produk-produk industrial. Ini adalah strategi kami supaya perusahaan secara korporasi bisa tumbuh pendapatannya.

Apa target Anda selama memimpin Pindad?

Kalau bicara Pindad goal, utamanya adalah bagaimana bisa menjadi partner pemerintah. Kalau konteks Pindad ini salah satu contohnya adalah bagaimana menjadi tulang punggung di industri pertahanan. Visi utamanya adalah bagaimana Pindad bisa memenuhi kebutuhan pertahanan dalam negeri.

Apa harapan Anda kepada pemerintah?

Saya pikir tinggal masalah konsistensi. Karena kalau kami melihat arahan pimpinan tertinggi kita Bapak Presiden, Bapak Wapres, panglima TNI, sudah sangat kuat untuk memajukan industri pertahanan dalam negeri. Tinggal konsistensi saja. Kalau konsistensi itu kami bicara semuanya, ya keuangan dan kebijakan. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya