Asal Muasal Peggy Melati Sukma Dipanggil Khadijah
- Viva.co.id/Nuvola Gloria
VIVA.co.id – Setelah melakukan misi dakwah dan sejumlah misi sosial di 20 negara dalam tiga tahun terakhir, aktris Peggy Melati Sukma mengeluarkan tiga buah buku yakni Ya Rabbana, Aku Ingin Pulang, Kun Fayakun! Menembus Palestina dan Kuketuk Langit dari Kota Judi: Menjejak Amerika.
Ketiga buku yang memuat berbagai hal terkait catatan perjalanan dakwahnya selama tiga tahun itu, diakui Peggy telah mampu membuatnya semakin tawadhu dalam menjalani hidup dan beribadah.
Sebab, menurutnya, ada banyak cerita yang membuatnya mendapat berbagai pengalaman spritual, termasuk ketika masyarakat di sekitar Masjid Al-Aqsa, Yerusalem memberikan nama panggilan baru untuknya, yakni Khadijah.
"Saya dapat nama itu saat melakukan perjalanan ke Masjidil Aqsa. Masyarakat di sana itu lah yang memberi saya nama Khadijah, karena mereka pikir nama itu cocok untuk panggilan saya. Jadi di sana enggak ada tuh yang kenal sama Peggy Melati Sukma. Mereka tahunya Khadijah," kata Peggy kepada VIVA.co.id di acara Islamic Book Fair 2017, JCC Senayan, Jakarta, Rabu, 3 Mei 2017.
Oleh karenanya, Peggy mengaku ke depannya dia akan menambahkan nama alias itu di belakang namanya, pada setiap buku terbitan baru yang akan dikeluarkannya nanti. Sebab, selain nama Khadijah itu ternyata juga sangat disukainya, hal itu merupakan bentuk apresiasinya kepada masyarakat di sekitar Masjid Al-Aqsa yang menjadikan nama istri Rasulullah itu sebagai nama panggilannya.
"Maka, mulai di buku-buku saya tahun ini, penulisan nama saya itu nantinya akan pakai tambahan a.k.a Khadijah di belakangnya," ujar Peggy.
Peggy pun menjelaskan, selain perjalanan ke Palestina, perjalanannya untuk menjalani misi dakwah dan misi sosial di Amerika Serikat yang kini sedang digempur isu rasialisme, juga sangat berkesan baginya secara spiritual.
Sebab, Peggy mengaku telah belajar banyak masalah keislaman dan toleransi antaragama dan budaya, langsung dari Presiden Nusantara Foundation yang saat ini juga menjadi Imam Besar Masjid New York, yakni Imam Shamsi Ali.
Oleh karenanya, Peggy berharap ketiga bukunya itu dapat bermanfaat untuk generasi dakwah saat ini, sebagaimana dirinya juga banyak mendapat berbagai pengalaman spiritual dalam menjalani misi dakwah dan misi-misi sosialnya tersebut.
"Di buku Kuketuk Langit dari Kota Judi: Menjejak Amerika ini, saya berkolaborasi dengan Imam Syamsi Ali (dalam hal penulisan), yang merupakan figur bagi saya dan yang membuat saya belajar banyak kepada beliau, baik soal Islam maupun soal toleransi interfaith. Beliaulah yang membuat analisa-analisa mendalam tentang apa yang saya tuliskan tersebut," kata Peggy.
"Saya harap dengan menuliskan pengalaman ini, rasa takut saya kepada Allah SWT juga akan makin tumbuh di diri saya. Selain itu, semoga buku ini juga bisa menjadi penyemangat bagi generasi dakwah hari ini," ujarnya.