Dua Industri Penyerap Tenaga Kerja RI Tumbuh Negatif
- Daylife
VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik melaporkan, produksi industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal pertama tahun ini tumbuh mencapai 4,33 persen, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 4,13 persen. Meski demikian, industri tekstil sepanjang tiga bulan pertama tahun ini tumbuh negatif di angka minus 6,87 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto mengungkapkan pertumbuhan secara year on year produksi manufaktur terbesar pada kuartal pertama tahun ini berasal dari sektor produksi industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, yang mengalami kenaikan hingga 9,59 persen. Meski demikian, secara kuartal ke kuartal hanya naik 0,12 persen.
Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto pun menyayangkan pertumbuhan industri tekstil yang justru tumbuh negatif, minus 6,87 persen. Meskipun secara year on year negatif, otoritas statistik menegaskan, industri tekstil secara kuartal ke kuartal mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,16 persen.
“Padahal industri tekstil ini menyerap tenaga kerja yang cukup besar sekali,” kata Kecuk dalam konferensi pers, Jakarta, Selasa 2 Mei 2017.
Sementara itu, Kecuk melanjutkan, pertumbuhan secara kuartal ke kuartal tertinggi produksi manufaktur besar dan sedang adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 7,57 persen. Namun, pertumbuhan industri tersebut secara year on year hanya mencatatkan pertumbuhan 4,87 persen.
Sayangnya, industri pengolahan tembakau secara kuartal ke kuartal justru tumbuh negatif sebesar minus 4,63 persen. Secara garis besar, pertumbuhan secara year on year industri tersebut, mencatatkan minus 0,72 persen. Otoritas statistik memiliki alasan tersendiri, kenapa produksi industri tersebut menurun.
“Karena musim hujan terus, susah jadi mencari tembakau. Itu menjadi penyebab salah satunya,” kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Adi Lumaksono.
Lantas, bagaimana dengan sebaran wilayah produksi industri besar dan sedang tertinggi dan terendah?
Data otoritas statistik menunjukan, Kabupaten Bangka Belitung menjadi provinsi dengan pertumbuhan tertinggi produksi manufaktur besar dan sedang, dengan persentase 21,35 persen. Sementara wilayah-wilayah seperti Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Aceh, Lampung, dan Papua menjadi provinsi yang mengalami pertumbuhan negatif.