Mengapa Bank Khusus Petani Sulit Diwujudkan
VIVA.co.id – Bank Indonesia membeberkan kesulitan-kesulitan yang dialami petani dalam mengakses kredit untuk modal usaha. Dibutuhkan lembaga keuangan khusus yang bergerak di sektor pertanian, yang bertujuan untuk memudahkan para petani dalam negeri mendapatkan akses permodalan.
Kendati demikian, bank sentral menegaskan, bukan hal mudah untuk membentuk sebuah lembaga keuangan khusus. Terlebih, pembentukan perbankan di sektor pertanian, memiliki risiko tinggi meskipun sudah diadopsi oleh beberapa negara kawasan.
"Harus ada skema khusus. Ada pola risiko yang berbeda dengan perbankan lain, karena ada ketidakpastian," jelas Kepala Departemen Pengembangan Usaha Kecil Menengah BI Yunita Resmi Sari, di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu 23 April 2017.
Yunita mencontohkan, skema khusus bank pertanian, tentu berbeda dengan bank konvensional. Misalnya, dari sisi likuiditas. Apabila perbankan konvensional selalu mengandalkan dana pihak ketiga sebagai likuiditas sebagai penyalur kredit, sementara bank pertanian, nantinya akan berbeda.
"(Bank Pertanian) harus ada dana sendiri. Tidak tergantung dari DLK, agar bisa memenuhi prinsip kehati-hatian sebagai perbankan," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bendahara Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, Suhaji Lestiadi berharap, rencana pembentukan Bank Wakaf Ventura Indonesia bisa direalisasikan tahun ini. Sehingga, bisa menjadi solusi akses permodalan bagi seluruh elemen masyarakat.
"Kami berharap, Juni (bisa terealisasi) sebelum ada pergantian pimpinan di OJK (Otoritas Jasa Keuangan)," katanya.