Ekspor Kayu Olahan RI ke Eropa Terancam Menyusut
- VIVAnews/Tri Saputro
VIVA.co.id – Kementerian Perdagangan memperhitungkan ekspor kayu olahan dan produk kayu Indonesia ke Uni Eropa ke depan akan mengalami penyusutan, saat Inggris sepenuhnya keluar dari Uni Eropa, yang mana implementasi finalnya akan terjadi dua tahun ke depan.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan, Kasan Muhri mengatakan, Uni Eropa merupakan salah satu pasar utama ekspor kayu olahan, dan produk kayu Indonesia. Sedangkan Inggris adalah pangsa pasar strategis utama ekspor kayu olahan, dan produk kayu Indonesia di Uni Eropa.
"Pangsa pasar Inggris tercatat 27,11 persen, dengan kenaikan rata-rata per tahun yang tinggi sebesar 10,14 persen per tahun selama 2011-2015," ujar Kasan di keterangan tertulis resminya pada Selasa, 18 April 2017.
Baru kemudian disusul Jerman dan Belanda dengan pangsa pasar ekspor masing-masing sebesar 25,20 persen dan 23,49 persen. Selama 2011-2015, tren ekspor ke Jerman dan Belanda mengalami penurunan setiap tahunnya masing-masing sebesar 4,94 persen dan 3,83 persen.
Ekspor kayu olahan dan produk kayu Indonesia ke pasar dunia totalnya US$3,87 miliar dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 6,06 persen selama 2011-2015. Sebagian besar ekspor ditujukan ke pasar China dengan pangsa 22,13 persen dan Jepang dengan pangsa 20,60 persen.
Adapun ekspor ke pasar Uni Eropa pada 2015 tercatat US$448 juta. Selama 2011-2015, kinerja ekspor ke pasar Uni Eropa mengalami tren penurunan sebesar 2,40 persen per tahun