Persiapkan 5 Hal Ini Agar Tak Bangkrut Setelah Bercerai
- pixabay/Kadie
VIVA.co.id – Setiap orang menginginkan kehidupan pernikahan yang bahagia. Tidak ada yang menginginkan pernikahan yang gagal, karena sebuah perceraian. Namun, perceraian bisa saja terjadi dan menjadi momok yang mengerikan bagi sebagian pasangan.
Berbagai masalah dapat menjadi penyebab timbulnya perceraian. Jika memutuskan untuk bercerai, akan ada banyak risiko yang perlu Anda hadapi. Hal ini, tentu membutuhkan beberapa persiapan, salah satunya adalah keuangan.Â
Jangan sampai perceraian, justru menimbulkan masalah baru dalam keuangan Anda, seperti bangkrut, atau krisis keuangan. Berikut ini, adalah lima tips jitu dari Cermati.com, agar tidak bangkrut usai bercerai.
1. Â Perhitungkan segala tanggungan pascabercerai
Perlu penanganan khusus dalam kasus perceraian, agar tidak merugikan seseorang dalam hal keuangan. Biasanya akibat perceraian, tanggung jawab bisa jadi lebih berat dan karena itu perlu perubahan gaya hidup.Â
Mereka yang bercerai, juga harus rela kehilangan sebagian harta yang telah dikumpulkan bersama suami, atau istrinya. Terlebih lagi, tanggung jawab atas hak asuh anak (jika sudah memiliki buah hati).
Selain itu, ada biaya lain yang perlu Anda keluarkan, seperti biaya administrasi selama proses perceraian mulai dari pengacara, akuntan, notaris hingga divorce planner jika diperlukan.
2. Daftarkan aset Anda
Masalah utama yang paling sering muncul ketika pasangan suami istri bercerai adalah kuasa akan harta gono-gini. Terdapat sebagian harta yang bukan termasuk dalam kategori harta gono-gini menurut Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.Â
Yaitu pertama, harta bawaan yang sudah dimiliki masing-masing pasangan (suami atau istri) sebelum menikah, dan yang kedua harta perolehan, atau harta milik suami maupun istri setelah menikah dan didapatkan dari hibah, wasiat, atau warisan.
Karena itu, Anda perlu mendaftarkan aset mana saja yang menjadi milik Anda secara pribadi sebelum maupun sesudah menikah. Buatlah juga dokumentasi mengenai aset tersebut dalam bentuk kwitansi dan akta kepemilikan yang disusun secara rapi, agar memudahkan proses perceraian.
3. Ingatlah utang yang harus dilunasi
Utang juga merupakan masalah yang kemungkinan menimpa korban perceraian. Misalnya saja semasa menikah, pasangan suami istri masih menanggung cicilan Kredit Pemilikan Rumah, kredit mobil, atau motor.
Sangat jarang, pasangan suami istri yang terbebas utang seutuhnya. Karena itu, pasangan suami istri yang hendak bercerai, sebaiknya mendiskusikan hal tersebut sedetail mungkin, apakah akan dibagi menjadi dua, atau ditanggung bersama sesuai kemampuan masing-masing.
4. Ingatlah tanggungan hidup anak
Dalam sebuah kehidupan pernikahan, anak merupakan amanah yang menjadi tanggung jawab bersama. Suami sebagai kepala keluarga, sudah seharusnya bertanggung jawab atas tanggungan akan tunjangan anak.Â
Namun, pada kenyataannya, tak sedikit tanggungan terhadap anak justru jatuh kepada istri yang menjadi ibu dari anak tersebut. Hal inilah yang harus selalu diingat, ketika Anda memutuskan untuk bercerai.Â
Meskipun telah resmi berpisah, jangan sampai anak menjadi korbannya. Anak hasil sebuah pernikahan akan tetap menjadi anak kandung dan tanggung jawab kedua orang tuanya.
Maka itu, dari pihak istri bisa membuat perjanjian hitam di atas putih sebagai tujuan untuk mempertegas kewajiban suami, atau pun istri terhadap anaknya pascabercerai. Bahkan, ketika dalam perjanjian tersebut anak menjadi tanggung jawab bersama, maka harus ditulis sedetail mungkin alokasi mana yang menjadi tanggung jawab Ayah dan Ibunya.
5. Kelola keuangan sebaik mungkin
Perceraian tidak hanya mengubah status seseorang dari menikah menjadi bercerai, tetapi juga mengubah kehidupan dan kondisi keuangan masing-masing. Misalnya saja, semasa pernikahan terbiasa menanggung beban hidup banyak dengan dua penghasilan.Â
Tetapi, setelah bercerai harus bisa mengelola keuangan agar segala tanggungan sendiri dapat terpenuhi. Jadi, sesuaikanlah gaya hidup Anda setelah bercerai. Jangan sampai salah dalam mengelola keuangan hingga menyebabkan Anda justru bangkrut atau gagal dalam hal keuangan.
Pikirkan secara matang tentang perceraian
Pikirkan secara matang sebelum mengambil langkah perceraian. Ada banyak risiko yang mungkin dihadapi setelah bercerai. Jika memang masih bisa diselesaikan secara baik-baik untuk bersatu, lebih baik hindari perceraian. Jangan sampai karena perceraian, Anda justru hidup menderita. (asp)