Produksi Semen RI Banyak Dikuasai Asing
- ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
VIVA.co.id – Pemerintah diminta untuk segera menyelesaikan konflik terkait pembangunan pabrik semen milik PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah. Penyelesaian konflik itu penting artinya di tengah dominasi kekuasaan asing dalam industri semen dalam negeri.
Menurut Profesor Riset Bidang Perkembangan Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hermawan Sulistyo, sebanyak 30 juta ton stok semen dalam negeri saat ini didominasi penguasaannya oleh perusahaan asing. Kondisi itu dinilai sebagai hal yang mengkhawatirkan bagi industri semen RI.
"Kalau kita tidak memproduksi semen sendiri, maka mereka, asing, yang akan menguasai pasar. Dan saat ini telah terjadi," kata Hermawan dalam diskusi "Mengenali Akar Konflik Pengelolaan Sumber Daya Alam Antara Keseimbangan Ekologis dan Pembangunan Berkelanjutan Kasus Semen Rembang" di Semarang, Kamis, 6 April 2017.
Ia pun secara tegas tidak setuju jika Indonesia hanya memasarkan semen hasil produksi pihak asing. Apalagi salah satu penguasa semen dalam negeri dimiliki oleh China.
"Konsumsi per kapita semen di China itu enam kali lipat Indonesia, di Thailand dua kali lipat karena mereka membangun terus. Tapi, kenapa kita disuruh menghentikan bangun pabrik kita sendiri. Sementara mereka terus menguasai," tutur dia.
Terkait kondisi itu, ia menyebut bahwa Indonesia kini sedang digoyang oleh kekuasaan asing dan modal swasta nasional dalam industri semen. Kasus berkepanjangan pabrik semen di Rembang bahkan telah membuat iklim investasi nasional melemah.
Ia menuding bahwa penolakan berkepanjangan pabrik semen Rembang telah terjadi penyesatan informasi yang cukup mengkhawatirkan. Penyesatan informasi itu, salah satunya ihwal disebutkan Kabupaten Rembang masuk kawasan bentang karst Kendeng. Sementara faktanya, kawasan yang dibangun untuk pabrik semen Rembang masuk dalam zona Rembang yang diperbolehkan untuk dieksplorasi.
"Banyak informasi yang tidak sesuai di lapangan. Katanya pabrik semen menggusur lahan pertanian, tunjukkan ke saya orang bisa bertani di tanah kapur dan tanah pertanian bisa menghasilkan panen 17 ton padi. Tidak ada itu," katanya.
Sementara, Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Agung Wiharto menambahkan, peta industri semen di Indonesia kini 66 persen telah dikuasai asing dan swasta. Sementara perusahaan semen milik BUMN hanya menguasai 34 persennya saja. "Ini jelas ironis. Kenapa kita membangun pabrik di negara kita sendiri kesulitan. Sementara semen asing dengan mudahnya membangun tanpa halangan," katanya.
Agung berpendapat, pabrik PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang harus segera beroperasi karena ini menyangkut peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak. Sejak awal, pihaknya berkomitmen melaksanakan semua yang pernah dijanjikan kepada masyarakat sekitar pabrik, khususnya yang terkait dengan upaya pelestarian lingkungan. "Kami ingin maju bareng masyarakat, kami bekerja, tapi tetap menjaga lingkungan karena itu komitmen kami," ujarnya berjanji. (mus)