FILARTC 2017 Bicara Soal Perempuan dan Film Indonesia
- VIVA.co.id/ Bobby Agung
VIVA.co.id – Film and Art Celebration (FILARTC) 2017, sebuah gelaran dalam rangka memperingati Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret kemarin, hari ini masih digelar. Sebelumnya, acara digelar selama 3 hari mulai dari Kamis, 30 Maret 2017.
Selain sajian musik, film, dan pameran, kajian diskusi juga digelar. Pada hari terakhirnya, FILARTC 2017 mengadakan diskusi seputar keberadaan perempuan di balik layar film Indonesia.
Nia Dinata selaku produser dan sutradara, mengungkapkan bahwa kiprah perempuan Indonesia di balik film setidaknya mulai mencuat sejak akhir dekade 90-an. Nia yang mulai berkecimpung di industri perfilman sejak awal 2000-an, menceritakan pengalamannya.
"Sistem film banyak yang pitching. Tapi pada awalnya, sistem di Indonesia belum seperti itu, sehingga akhirnya kita pakai sistem independen," ujar Nia, di Studio Perum Film Negara (PFN), Jatinegara, Jakarta Timur, pada Sabtu, 1 April 2017.
Sistem independen yang disebut Nia, terasa lebih luwes karena penggarap film tak memiliki tuntutan dari pihak-pihak lain. Mereka bisa berkarya dengan bebas, lebih kreatif, dan anggapan perbedaan jenis kelamin di belakang layar mulai memudar seiring berjalannya waktu.
"Film, ujung-ujungnya harus ada nilai komersial. Kita passionate tentang ceritanya, bukan soal pencapaian marketing, penghasilan, dan sebagainya," ujar sutradara film 'Berbagi Suami' tersebut.
Sebagai seorang perempuan dengan pandangannya tersendiri, Nia bercerita bahwa ia kerap berdiskusi dengan kru film demi memufakatkan pendapat. Setelah semuanya mendapat pencerahan, syuting pun dimulai dan semuanya mesti bersikap secara profesional.
"Misalnya ada asisten sutradara perempuan dan laki-laki, terus kadang yang laki-laki mempertanyakan soal pandangan. Kemudian kita diskusi kreatif saja," tuturnya.