Sri Mulyani Akui Sukuk Ritel Tak Populer
- Chandra Gian Asmara/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menawarkan surat berharga syariah negara, atau sukuk ritel seri SR-009 kepada setiap masyarakat untuk memulai investasi sejak dini. Namun, target dari penjualan sukuk ritel tersebut meleset dari target yang ditetapkan pemerintah.
Pemerintah mematok target Rp20 triliun untuk penjualan sukuk ritel. Namun, bendahara negara justru hanya mampu menjual sukuk ritel Rp14,03 triliun, atau 70,15 persen dari total target yang telah ditetapkan. Ada alasan tersendiri, peminat sukuk ritel saat ini masih minim.
“Ada aspek, di mana kami melakukan penetrasi, supaya masyarakat makin familiar,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Jakarta, Kamis 23 Maret 2017.
Ani, sapaan akrab Sri Mulyani mengatakan, minimnya pengetahuan masyarakat terhadap jenis investasi tersebut, mendorong pemerintah untuk melakukan berbagai upaya strategi untuk mengenalkan masyarakat kepada sukuk ritel.
“Kami akan berfikir soal diversifikasi instrumen, untuk meng-introduce ke masyarakat,” kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.
Sebagai informasi, sukuk ritel memiliki tingkat imbal hasil sebesar 6,9 persen, dengan tanggal jatuh tempo pada 10 Maret 2020. Sukuk ini memiliki underlying asset berupa proyek kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017 dan Barang Milik Negara.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menyebutkan, bahwa investor terbesar yang mengakusisi sukuk ritel terbesar, berada di pembelian Rp5 juta sampai dengan Rp100 juta, yaitu 42,4 persen. Sementara itu, kisaran pembelian Rp100 juta sampai Rp500 juta, yaitu 36,96 persen. (asp)