Faktor Surat Berharga Negara Kurang Diminati Investor
- Istimewa
VIVA.co.id – Kementerian Keuangan mengaku surat berharga negara, atau SBN kurang diminati oleh investor. Padahal, SBN selama ini menjadi salah satu alternatif bagi pemerintah untuk mendapatkan modal tambahan dalam membangun infrastruktur.
Direktur Surat Utang Negara, Loto Srinaita Ginting mengungkapkan, alasan para investor masih ragu untuk berinvestasi di SBN, karena produk keuangan ini dianggap kurang likuid, atau tidak mudah dicairkan.
"Maka, ini jadi masukan kami hadapi tantangan ke depan, untuk bagaimana SBN lebih likuid dan aktif dan perdagangannya meningkat dari waktu ke waktu," ujarnya, saat ditemui di gedung Bank Indonesia Jakarta, Senin 20 Maret 2017.
Bank Indonesia telah menggandeng PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), agar dapat memberikan sentimen positif bagi kepercayaan investor kepada Indonesia.
"Jadi, masukan dari pasar, kami bisa duduk bersama. Misal, pelaku pasar sampaikan ke OJK (Otoritas Jasa Keuangan), lalu OJK menganggap perlu dukungan dari Kemenkeu, atau pun BI, maka perlu duduk bersama dan sebaliknya, juga bisa melibatkan SRO (self regulatory organizations)," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida mengatakan, pemerintah akan bersinergi untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk dapat berinvestasi pada surat berharga negara. Beberapa rencana pun telah dipersiapkan oleh pemerintah.
"Ini kita anggap penting, karena pasar surat utang kita belum berkembang, karena likuiditas masif kurang. Tentu, yang harus diajukan suplai harus banyak, lalu pasar bisa mengembangkan transaksi," tuturnya.
Menurutnya, transparansi pun perlu dilakukan oleh pemerintah. agar dapat menumbuhkan kepercayaan investor, sehingga berdampak positif bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia.
"Syaratnya adalah transparansi. Pasar surat utang ini membutuhkan kondisi yang ciptakan kepercayaan pasar. Karena itu, transparansi adalah syarat utama ciptakan kepercayaan pasar," ujarnya. (asp)